Senin 04 Dec 2023 17:59 WIB

Gunung Marapi Meletus, Kisah Gunung Bertasbih Bersama Nabi Daud Alaihissalam

Ketaatan Nabi Daud bagai gunung-gunung yang taat kepada ketentuan Allah SWT.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Gunung Marapi yang mengeluarkan abu vulkanik terlihat dari Nagari Batu Palano, Agam, Sumatera Barat, Senin (4/12/2023). Gunung dengan ketinggian 2.891 mdpl itu mengalami beberapa kali erupsi dan embusan sejak Ahad (3/12/2023) dengan status berdasarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yakni waspada level II.
Foto:

Pada ayat ini terdapat sindiran bagi orang-orang musyrik Makkah, pertama bahwa apabila gunung dan burung yang diciptakan tidak berakal itu selalu menaati ketentuan-ketentuan Allah, maka seharusnyalah mereka yang diciptakan sebagai makhluk yang lebih sempurna dan dilengkapi dengan akal lebih taat kepada hukum-hukum Allah. Apabila terjadi sebaliknya, berarti telah terjadi sesuatu yang tidak wajar pada diri mereka.

Kedua, Allah telah menguatkan kerajaan Nabi Daud dengan tentara yang banyak, harta kekayaan yang melimpah ruah, pribadi yang sangat disegani, dan kemahiran dalam mengatur siasat perang sehingga selalu meraih kemenangan. Ketiga, Allah telah menganugerahkan kepadanya hikmah. Yang dimaksud hikmah dalam ayat ini adalah kenabian, kesempurnaan ilmu, dan ketelitian dalam melaksanakan amal perbuatan, serta pemahaman yang tepat.

Di antara ilmu pengetahuan yang diberikan Allah kepada Nabi Daud, seperti disebutkan dalam firman Allah, "Dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS Saba' Ayat 10-11)

Sedang yang dimaksud ketelitiannya dalam melaksanakan amal perbuatan adalah dia tidak mau memulai sesuatu perbuatan, terkecuali ia mengetahui sebab apa dan untuk apa amal perbuatan itu dilakukan. Keempat, Allah telah menganugerahkan kepadanya kebijakan dalam menyelesaikan perselisihan.

Dalam menyelesaikan persengketaan ia selalu memeriksa pihak-pihak berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan jauh dari sifat-sifat berat sebelah, dan bersih dari pengaruh hawa nafsu. Untuk mencari keyakinan yang sebenar-benarnya yang dapat dijadikan landasan yang tepat dalam memutuskan perkara memerlukan ilmu pengetahuan yang luas, sikap yang lemah-lembut, menguasai persoalan yang dipersengketakan, dan kesabaran yang kuat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement