Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pertama, beriman dan berjihad. Iman merupakan syarat mutlak agar seorang hamba memperoleh keselamatan di hari kemudian.
Keimanan itu harus diwujudkan dengan semangat jihad fi sabilillah. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ . تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih. Engkau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.” (Q.S. ash-Shaff [61]:10-11).
Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah menyebutkan, perniagaan yang dimaksud dalam ayat ini adalah perjuangan di jalan Allah. Oleh sebab itu, manusia harus beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yang diwujudkan dengan meningkatkan iman dan senantiasa memperbaruinya setiap saat.
Selain itu, manusia juga berjihad yakni senantiasa bersungguh-sungguh untuk mencurahkan apa yang dimiliki berupa tenaga, pikiran, waktu, dan dengan harta dan jiwa masing-masing di jalan Allah.
Quraish Shibab menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kata tijarah dalam ayat ini adalah amal-amal saleh. Memang Alquran sering kali menggunakan kata itu untuk makna tersebut. Hal ini disebabkan karena motivasi beramal saleh oleh banyak orang adalah untuk memperoleh ganjaran, persis seperti perniagaan yang dijalankan seseorang guna meraih keuntungan.
Selanjutnya...