Jumat 27 Oct 2023 02:07 WIB

Naskah Khutbah Jumat: Meneladan Rasulullah dalam Berbangsa dan Bernegara

Rasulullah SAW adalah contoh utama dalam berbagai aspek kehidupan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meneladan Rasulullah SAW dalam berbangsa dan bernegara adalah suatu prinsip yang banyak dipegang oleh umat Islam sebagai panduan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dan berpolitik.

Rasulullah SAW adalah contoh utama dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam konteks berbangsa dan bernegara. Berikut adalah contoh khutbah Jumat yang bisa disampaikan untuk meneladani Rasulullah.

Baca Juga

Materi ini dikutip dari khutbah yang disampaikan KH Muammar Bakry di Masjid Istiqlal pada 2021 lalu. Sebagaimana dilansir dari Mimbar Jum’at yang diterbitkan Masjid Istiqlal, khutbah Jumat ini diberi judul “Meneladani Rasulullah SAW Dalam Berbangsa dan Bernegara”.

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى :  لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Jamaah Jumat rahimakumullah.

Awal tahun 620 M, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu enam orang Yastrib dari Kabilah Khazraj yang berziarah ke Makkah. Ajakan Nabi kepada mereka untuk memeluk Islam disambut baik, bahkan disahkan dalam satu Perjanjian Aqabah.

Isi perjanjiannya: “Tidak akan mempersekutukan Allah subhanahu wata'ala. Tidak akan mencuri, berzina, dan membunuh anak-anak. Tidak akan saling memfitnah dan tidak akan mendurhakai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Selanjutnya, pada tahun 622 M, orang-orang Yatsrib datang lagi dengan maksud mengadakan Perjanjian Aqabah 2 sekaligus mengundang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk berhijrah ke Yatsrib. Perjanjian Aqabah 2, diikuti 75 orang Yastrib dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam didampingi pamannya, Sayyidina Hamzah.

Dua perjanjian tersebut menginspirasi...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement