Rabu 25 Oct 2023 13:29 WIB

Cara Berdagang dan Berbisnis Ala Nabi Muhammad

Nabi Muhammad mendakwahkan kearifan Islam.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi berdagang ala rasulullah.
Foto: EPA/DIVYAKANT SOLANKI
Ilustrasi berdagang ala rasulullah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbisnis merupakan salah satu cara untuk mendapatkan rezeki. Sejak kecil, Nabi Muhammad SAW pun mencari rezeki dengan cara berdagang bersama pamannya, Abu Thalib dari Makkah ke negeri Syam.

Dalam hadis Rasulullah SAW juga telah bersabda bahwa sembilan puluh persen rezekinya terletak pada bisnis, sedangkan sepuluh sisanya persennya adalah peternakan.

Baca Juga

Dalam artikel The Rasulullah's Way Of Business: As The Best Example For Student, Badrah Uyuni menegaskan bahwa berbisnis menurut hukum Islam telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai panduan bagi umat Islam, agar apabila seorang pebisnis menjalankan bisnisnya sesuai dengan ajaran Islam.

Nabi Muhammad SAW berperilaku mencerminkan akhlaknya (etika). Jika seorang pelaku usaha peduli terhadap etika, maka dapat diprediksi ia akan bersikap jujur, amanah, adil, selalu menjaga kepentingan orang lain, dan sebagainya.

Strategi bisnis Rasulullah meliputi strategi operasional, strategi pemasaran, strategi sumber daya manusia, dan strategi keuangan. Prinsip beliau dalam menjalankan bisnis yang tidak pernah rugi menjadi hal yang sangat menarik untuk dipelajari, terutama dari segi permodalan.

Muhammad SAW sebagai seorang pengusaha bukanlah seorang investor yang besar, modal utamanya hanyalah amanah (al-Amin). Dengan kepercayaan yang dimilikinya, beliau dapat dengan mudah mendapatkan investor yang mau membantu usahanya karena sifatnya yang jujur dan dapat dipercaya.

Kemampuan atau kompetensinya sebagai pebisnis dan pedagang juga tidak perlu diragukan lagi. Hal ini terlihat dari betapa Nabi Muhammad mengenal dengan baik pasar-pasar atau tempat-tempat perdagangan di Jazirah Arab.

Selain itu, Nabi mengetahui berbagai kegiatan perdagangan dan perekonomian. Nabi Muhammad SAW juga menyadari dan mengharamkan praktik riba karena beliau sadar akan bahaya riba dan menganjurkan sistem jual beli yang menguntungkan.

Dengan keagungan dan keluhuran budi pekertinya, beliau juga dikenal sebagai seorang pemasar yang cerdas dan beretika. Sifat-sifat inilah yang kemudian di zaman modern ini menjadi landasan penting dalam pemasaran syariah/spiritual marketing.

Keberhasilan Nabi SAW dalam usahanya dipengaruhi oleh kerja keras yang beliau lakukan selama ini, dan Rasulullah SAW sangat profesional dalam mengatur manajemen pemasaran dalam usahanya.

Namun, landasan terpenting Nabi dalam menjalankan bisnis dan kehidupan sehari-hari adalah berdasarkan perintah yang terkandung dalam Alquran.

Penyelenggaraan usaha berdasarkan Alquran, khususnya dalam jual beli, mempunyai beberapa kaidah, antara lain jika perdagangan dilakukan secara tunai, maka para pihak yang melakukan usaha tersebut harus berdasarkan keinginannya atau tanpa ada unsur paksaan.

Kehalalan usaha dan rezeki yang kita peroleh tentu menjadi hal sangat penting, karena akan membawa dampak yang sangat besar, baik bagi diri sendiri, keluarga, perusahaan, lembaga negara, maupun kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena itu, bisnis untuk memperoleh rezeki yang halal adalah wajib hukumnya, baik halal dari segi objek, transaksi, maupun cara memperolehnya.

Sebuah bisnis bisa dikatakan halal jika sesuai dengan ketentuan syariat Allah, yaitu steril dari unsur riba (QS Al-Baqarah: 275-279), perjudian, dan minuman beralkohol (QS Al-Baqarah: 219 dan Al Maidah:90), korupsi dan kolusi (QS Al Muthaffifin: 1-5), pencurian (QS Al Maidah:38) dan lain-lain.

Cara berdagang dan berbisnis ala Nabi Muhammad SAW dapat diambil sebagai pedoman untuk menjalankan bisnis dengan etika yang baik dan keadilan. Berikut adalah beberapa prinsip dan ajaran yang bisa diambil dari kehidupan beliau:

1. Keadilan dan Kejujuran

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement