REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan ihwal orang yang mendapatkan harta kekayaan dengan cara yang tidak benar atau zalim. Ini termaktub dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri RA, sebagaimana tercantum dalam Shahih Bukhari.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَكْثَرَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ مَا يُخْرِجُ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ قِيلَ وَمَا بَرَكَاتُ الْأَرْضِ قَالَ زَهْرَةُ الدُّنْيَا فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ هَلْ يَأْتِي الْخَيْرُ بِالشَّرِّ فَصَمَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ يُنْزَلُ عَلَيْهِ ثُمَّ جَعَلَ يَمْسَحُ عَنْ جَبِينِهِ فَقَالَ أَيْنَ السَّائِلُ قَالَ أَنَا قَالَ أَبُو سَعِيدٍ لَقَدْ حَمِدْنَاهُ حِينَ طَلَعَ ذَلِكَ قَالَ لَا يَأْتِي الْخَيْرُ إِلَّا بِالْخَيْرِ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ وَإِنَّ كُلَّ مَا أَنْبَتَ الرَّبِيعُ يَقْتُلُ حَبَطًا أَوْ يُلِمُّ إِلَّا آكِلَةَ الْخَضِرَةِ أَكَلَتْ حَتَّى إِذَا امْتَدَّتْ خَاصِرَتَاهَا اسْتَقْبَلَتْ الشَّمْسَ فَاجْتَرَّتْ وَثَلَطَتْ وَبَالَتْ ثُمَّ عَادَتْ فَأَكَلَتْ وَإِنَّ هَذَا الْمَالَ حُلْوَةٌ مَنْ أَخَذَهُ بِحَقِّهِ وَوَضَعَهُ فِي حَقِّهِ فَنِعْمَ الْمَعُونَةُ هُوَ وَمَنْ أَخَذَهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ كَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
Abu Said Al Khudri RA menceritakan bahwa suatu hari Nabi SAW duduk di atas mimbar dan para sahabat pun duduk di dekatnya. Lalu beliau SAW, "Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan terjadi pada kalian sepeninggalku adalah sesuatu yang Allah keluarkan untuk kalian dari berkahnya bumi."
Kemudian ditanyakan kepada beliau SAW, "Apa maksud dari berkahnya bumi?" Beliau SAW menjawab, "Perhiasan dunia." Seseorang kemudian bertanya kepada beliau SAW, "Wahai Rasulullah, apakah mungkin kebaikan akan mendatangkan keburukan?"
Rasulullah SAW kemudian diam sejenak, sampai beberapa sahabat mengira telah turun wahyu kepada beliau. Setelah itu, beliau mengusap keningnya lalu bersabda, "Di manakah orang yang bertanya tadi?" Lelaki itu berkata, "Saya." Perawi Abu Said berkata, "Kami sempat memujinya ketika dia tiba-tiba muncul."
Beliau SAW bersabda, "Sungguh kebaikan itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan. Sungguh harta dunia ini adalah hijau dan manis. Setiap sesuatu yang ditumbuhkan pada musim semi akan mematikan atau membinasakan, kecuali pemakan hijau-hijauan, dia makan sampai lambungnya melebar. Kemudian menghadap matahari lalu buang air besar, kencing dan kembali, dan makan. Sungguh harta itu terasa manis, maka siapa yang mendapatkan kekayaan dengan cara yang benar dan meletakkan dengan cara yang benar pula, maka dia beruntung. Dan siapa yang mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak benar, maka dia ibarat orang yang makan dan tidak pernah merasa kenyang."
Matan atau isi hadits tersebut juga diriwayatkan dari beberapa jalur yang lain, salah satunya dari Said bin Al Musayyib, dari Hakim bin Hizam, yang juga tercantum dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
Di hadits tersebut, terdapat sabda Rasulullah SAW tentang pengibaratan orang yang makan tapi tidak pernah merasa kenyang. Makna dari hal tersebut ialah adanya rasa lapar palsu yang dirasakan oleh orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak benar.
Apa yang dimakannya sejatinya adalah penyakit, dan penyakit inilah yang membuat orang tersebut kelak mengalami penderitaan, karena terus-menerus makan tetapi tidak merasa kenyang.
Orang semacam itu, yang meraih kekayaan secara zalim, akan kehilangan nikmat. Allah SWT menghilangkan dan mencabut nikmat orang tersebut sehingga sejatinya ia miskin selamanya. Sudah diberi harta yang berlimpah, tetapi tidak pernah merasa cukup dan tidak pernah bersyukur.
Orang tersebut ibarat orang lapar yang tidak merasa puas dengan makanannya, betapapun banyaknya dia memakannya. Di Hari Kiamat kelak, dia digambarkan sebagai orang yang serakah dan boros karena hartanya digunakan untuk berbagai hal yang tidak diridhai Allah SWT.
Adapun orang mendapatkan kekayaan dengan cara yang benar, maka dia akan menggunakan untuk hal yang diridhai Allah SWT seperti bersedekah, berzakat, menyantuni anak yatim, dan amal shaleh lainnya.
Hadits tersebut juga menunjukkan, bahwa harta kekayaan memang manis, dicintai dan diinginkan oleh jiwa-jiwa manusia. Manusia memiliki ketertarikan pada sifat harta yang manis, menyegarkan dan menggugah selera itu, seperti buah-buahan yang ranum dan segar. Namun orang yang bertakwa adalah mereka yang sadar harta tidak dibawa mati dan akan dipertanggungjawabkan kelak di Hari Kiamat tentang peruntukannya.
Sumber:
https://dorar.net/hadith/sharh/3895