Senin 11 Aug 2025 18:02 WIB

Cara Rasulullah Merespons Pertanyaan Cewek Cantik

Rasulullah memiliki cara tersendiri merespons wanita cantik.

Ilustrasi kaligrafi Nabi Muhammad
Foto: Dok Republika
Ilustrasi kaligrafi Nabi Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada saja pria yang terkesima menyaksikan wanita cantik. Namun Rasulullah memiliki cara tersendiri bersikap terhadap wanita berparas ayu. Tidak dengan mengabaikannya. Tidak pula dengan terlalu merespons atau mencari perhatian si wanita tersebut.

Lalu bagaimana cara Nabi Muhammad bersikap terhadap wanita semacam itu?

Baca Juga

Sebuah hadits riwayat Nasai dari Ibnu Abbas, menceritakan hal tersebut. Peristiwa ini terjadi pada saat Nabi Muhammad melaksanakan haji terakhir. Saat itu Nabi Muhammad sedang dibonceng menumpangi hewan kendaraan yang dikendalikan seorang sahabat bernama Fadhl bin Abbas.

Lalu datanglah seorang wanita berparas cantik dari suku Khats'am. Mereka adalah suku Arab kuno yang secara tradisional mendiami wilayah barat daya Arabia. Wilayah mereka meliputi beberapa negara dan wilayah geografis.

Secara umum, wilayah ini meliputi bagian selatan dan barat Jazirah Arab, yang berbatasan dengan Laut Merah di barat dan Samudra Hindia di selatan. Secara politis, wilayah ini mencakup sebagian besar wilayah Arab Saudi, Yaman, dan terkadang juga mencakup sebagian wilayah Oman.

Mereka dikenal karena terlibat dalam peristiwa sejarah penting, baik sebagai sekutu maupun lawan dari penguasa Aksumite, Abrahah, dalam serangannya ke Mekah pada abad ke-6.

Setelah masa permusuhan, mereka memeluk agama Islam dan memainkan peran dalam penaklukan Muslim awal di wilayah tersebut. Suku Shahran, yang ada di Yaman dan Arab Saudi, adalah salah satu klan utama dari suku Khats'am.

Kembali ke wanita cantik Khats'am tadi. Dia bertanya bolehkah dirinya yang perempuan melakukan haji untuk orang tuanya yang sudah renta. lebih jelas, pertanyaan itu sebagai berikut,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ فَرِيضَةَ اللَّهِ فِي الْحَجِّ عَلَى عِبَادِهِ أَدْرَكَتْ أَبِي شَيْخًا كَبِيرًا لَا يَسْتَوِي عَلَى الرَّاحِلَةِ فَهَلْ يَقْضِي عَنْهُ أَنْ أَحُجَّ عَنْهُ

Wahai Rasulullah, kewajiban untuk berhaji yang Allah wajibkan kepada para hamba-Nya telah menjumpai ayahku yang tua renta, tidak mampu berada di atas kendaraan. Maka apakah dapat menunaikannya dengan saya melakukan haji untuknya? 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement