Jumat 12 May 2023 03:28 WIB

Tafsir Al Mutaffifin ayat 26: Berkontestasi Mengejar Kedudukan

Buya Hamka menafsirkan ayat 26 surat Al Mutaffifin.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Tafsir Al Mutaffifin ayat 26: Berkontestasi Mengejar Kedudukan. Foto: Alquran dan terjemahannya dalam berbagai bahasa di Masjidil Haram, Arab Saudi. Ilustrasi Alquran.
Foto: SPA
Tafsir Al Mutaffifin ayat 26: Berkontestasi Mengejar Kedudukan. Foto: Alquran dan terjemahannya dalam berbagai bahasa di Masjidil Haram, Arab Saudi. Ilustrasi Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat Al Mutaffifin ayat 26 berisi tentang hamba-hamba Allah yang berlomba-lomba mengejar kedudukan untuk kebaikan di akhirat. Allah SWT berfirman, "Laknya dari kasturi. Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba." (QS Al Mutaffifin ayat 26).

Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan, Allah SWT menganjurkan untuk berlomba-lomba mengejar kedudukan mulia yang tiada banding di akhirat. Di awal ayat 26 tersebut, disebutkan bahwa 'Laknya dari kasturi'.

Baca Juga

Kasturi adalah lambang keharuman. Kasturi bergantung pada pinggang kijang atau rusa di hutan. Pada musang terdapat juga jebat yang baunya pun harum. Jebat dan kasturi dikenal harumnya dan sulit memperolehnya. "Inilah yang dilambangkan atas keharuman dan kewangian minuman surga," demikian penjelasan Buya Hamka.

Itu juga menggambarkan betapa surga yang penuh kenikmatan tanpa putus. Namun, dalam menafsirkan ayat itu, Buya Hamka juga menyampaikan pesan agar tidak berlomba-lomba berebut pangkat di dunia dengan tindak-menindak, tanduk-menanduk, dan tindih-menindih di dunia ini.

"Sehingga kadang-kadang untuk mencapai satu martabat, orang tidak keberatan mengorbankan saudaranya yang lain," kata Buya Hamka menjelaskan.

Pada ayat sebelumnya, yakni ayat 18-21 Surat Al Mutaffifin, disampaikan mengenai amalan orang-orang yang berbuat baik semasa hidupnya. Tafsir Buya Hamka memaparkan, catatan amal orang-orang yang berbuat baik pada masa hidupnya di dunia itu dicatat, dipelihara baik-baik, dan diletakkan di tempat yang tertinggi dan termulia.

Yang memperhatikan dan menjaganya adalah yang muqarrabun, yang dekat kepada Allah SWT, yakni malaikat. Selain malaikat, muqorrobun juga mencakup orang-orang yang dekat kepada Allah. Yang dekat kepada Allah bukan saja malaikat-malaikat yang di langit, melainkan ada dari manusia yang dipandang terdekat kepada Allah.

"Sebagaimana tersebut di dalam ayat 10 dan 11 dari Surat Al Waqi'ah bahwa orang-orang terdahulu itu saling berlomba dahulu mendahului di dalam berbuat amal yang baik, orang-orang itulah yang akan dimasukkan Allah dalam golongan orang muqarrabun," katanya.

Begitu pun Surat Al Baqarah ayat 186:

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran."

Ayat tersebut, sebagaimana dijelaskan Buya Hamka, merupakan obat penawar bagi orang yang berhati baik dan jujur. Ingatlah, meski manusia tidak menghargai jasanya yang baik, malaikat dan manusia yang dekat kepada Allah menghargai dan menjunjung tinggi berbagai kebajikan yang dilakukan oleh mereka yang beramal shaleh.

"Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan." (QS Al Mutaffifin ayat 22).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement