REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat Al-Humazah diturunkan di Makkah. Itu adalah surah ke-32 yang diturunkan kepada Nabi Muhammad setelah Surah Al-Qiyamah.
Sahabat Nabi menyebutnya sebagai “Surat Penghancur”. Tema keseluruhan surah ini menunjukkan tipe orang yang kejam. Seseorang yang muncul di setiap masyarakat. Orang yang mendapatkan kekayaannya dengan rahmat Allah, tetapi menggunakannya secara salah.
Alih-alih menggunakannya untuk dibelanjakan di jalan Allah dan untuk membantu mereka yang membutuhkan, dia menganiaya orang lain dan menghalangi mereka dari jalan kebenaran. Menghitung kekayaannya merupakan sumber kesenangan baginya, dia sering melakukannya.
Kekayaan memberinya perasaan kekuasaan yang palsu. Dia bisa melakukan apapun yang dia mau tanpa dimintai pertanggungjawaban.
Tidak hanya dia berpikir bahwa tidak ada yang melebihi kekayaan dalam hal nilai dan kepentingan, tetapi juga membuatnya menantang kematian. Dia pikir dia abadi.
Semua ini mengubahnya menjadi orang jahat. Orang yang memfitnah orang lain tanpa keraguan atau hati nurani. Namun, surah ini tidak berhenti membahas itu saja.
Surah ini menekankan fakta orang yang mencela akan dibawa pada hari kiamat untuk menerima balasannya, yang memang berat.
Istilah di dalam Al Humazah
Humazah
Orang yang mencela dan mempermalukan orang lain dengan kedua tangan dan mata.
Lumazah
Orang yang memfitnah, mencerca dan mempermalukan orang lain dengan lidah.
Al-Hutamah
Salah satu nama deskriptif Neraka karena menghancurkan siapa pun yang tinggal di dalamnya.
'Amad
Tiang besi yang terbuat dari api.
Islam melarang ejekan terhadap orang lain. Jika seseorang memfitnah dan mengolok-olok orang lain, dia berhak menerima hukuman berat pada hari kiamat. Ini menyiratkan fakta bahwa Allah Yang Maha Kuasa membela dan melindungi hamba-hamba-Nya dari fitnah mereka.
Dialah Al-Muntaqim (Pemulih Keadilan) Yang memulihkan hak-hak orang-orang yang diperlihatkan atau dilakukan ketidakadilan dalam kehidupan sekarang ini dari penghinaan mereka.
Surat ini menggambarkan hukuman bagi pemfitnah atau pencela seperti itu pada Hari Penghakiman. Dijelaskan bahwa dia akan dilempar ke dalam neraka, yang akan meremukkan tulang-tulangnya yang akan mengurungnya.
Kemudian diikat ke tiang api seperti binatang diikat, tanpa rasa hormat. Mengapa dia harus dihormati sementara dia tidak menunjukkan rasa hormat kepada hamba-hamba Allah yang setia di kehidupan sekarang? Dia menuai apa yang di tabur.
Surah Al-Humazah mengidentifikasi tempat tinggal yang akan dihadapi tukang fitnah pada Hari Pembalasan sebagai 'api Allah sendiri yang menyala,' dan bahwa itu adalah api Allah yang menunjukkan bahwa itu adalah jenis api yang luar biasa, asing, penuh teror (Qutb, Dalam naungan Al qur'an).
Api yang menyala akan melahap setiap bagian tubuh pemfitnah hingga mencapai jantungnya dan naik setinggi tenggorokannya. Itu kemudian akan kembali ke tubuhnya dan seterusnya.
Sungguh hukuman yang luar biasa dan balasan yang berat. Ada hubungan yang erat antara keyakinan teguh seseorang dengan perilakunya. Memang, keyakinan seseorang memiliki pengaruh paling besar terhadap perilaku seseorang.
Kita mungkin menemukan seseorang yang lalai dan lalai terhadap Tanda-tanda Allah, kaku, dan tidak bermoral, tetapi begitu iman menyentuh hatinya dan berdiam di dalamnya, dia menjadi lunak, pemaaf, murah hati, penyayang, saleh, dan begitu lembut sehingga dia mungkin meneteskan air mata setiap kali dia mengingat kesalahan masa lalunya.
Jika hubungan antara iman dan perilaku begitu dekat, iman kita harus dibuktikan dengan perbuatan baik dan akhlak yang mulia. Menjadi seorang mukmin sejati bukanlah tentang mengumpulkan ilmu aqidah (keyakinan) dan memasukkannya ke dalam hati seseorang tanpa mengambil manfaat dari ilmu tersebut. Itulah yang kita pelajari dari Surah Al Humazah.