Rabu 21 Dec 2022 23:26 WIB

Empat Golongan yang Dianggap Berkhianat Kelak, Meski Dia Seorang Muslim

Allah SWT murka dengan orang-orang yang dianggap berkhianat kelak di akhirat

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Hari Kiamat (ilustrasi). Allah SWT murka dengan orang-orang yang dianggap berkhianat kelak di akhirat
Foto: pulsk.com
Hari Kiamat (ilustrasi). Allah SWT murka dengan orang-orang yang dianggap berkhianat kelak di akhirat

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Orang-orang yang kelak akan menjadi musuh Allah SWT di hari kiamat nanti adalah mereka yang berkhianat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. 

Baca Juga

Dikutip dari buku Golongan yang menjadi Musuh Allah di Hari Kiamat, Rizem Aizid menyebutkan, ada beberapa kriteria seorang Muslim yang dianggap telah berkhianat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, padahal dia telah berjanji setia kepada Allah SWT.

Pertama, seorang Muslim yang malas dan meremehkan sholat. Kriteria pertama dari golongan orang-orang yang berkhianat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya adalah mereka (Muslim) yang malas dan meremehkan sholat, sehingga dengan rasa malasnya itu mereka meninggalkan sholat. 

Orang-orang yang seperti itu sudah barang tentu tidak akan pernah mendapatkan cinta-Nya. “Sebaliknya, di hari kiamat nanti, dia akan berdiri bersama golongan orang-orang yang menjadi musuh Allah SWT,” ujar Rizem.

Kedua, Muslim yang suka pergi ke dukun. Seorang Muslim disebut berkhianat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya adalah apabila dia pergi ke dukun. Seperti halnya pergi ke peramal, tukang sihir, atau orang yang dalam menjalankan profesinya meminta bantuan selain kepada Allah SWT.

“Mereka adalah orang-orang yang mengambil berita dari setan, yang menyadap pendengaran dan memberikan perkara gaib kepada orang lain,” ungkap Rizem.

Ketiga, Muslim yang memperdebatkan tentang Allah SWT. Musuh Allah SWT dan Rasul-Nya yang berikutnya datang dari orang-orang (Muslim) yang suka memperdebatkan tentang Allah SWT. Lalu siapa orang-orang itu? Mereka adalah ahli bidah, yang memperdebatkan agama Allah SWT dengan jalan yang tidak benar. 

Selain ahli bidah, orang yang suka memperdebatkan syariat atau hukum Allah SWT juga disebut orang zalim dan untuk mereka, selain Allah SWT memusuhinya, Allah SWT mengancamnya dengan ancaman sebagaimana tertuang dalam QS Al Anam ayat 133-134.

وَرَبُّكَ الْغَنِيُّ ذُو الرَّحْمَةِ ۚ إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَسْتَخْلِفْ مِنْ بَعْدِكُمْ مَا يَشَاءُ كَمَا أَنْشَأَكُمْ مِنْ ذُرِّيَّةِ قَوْمٍ آخَرِينَ إِنَّ مَا تُوعَدُونَ لَآتٍ ۖ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ

“Dan Tuhanmu Mahakaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain. Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya.

Baca juga: Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat

Keempat, Muslim yang meremehkan puasa. Meremehkan puasa hingga meninggalkannya dalam hal ini yang dimaksud adalah puasa wajib (Ramadhan), sama saja dengan tidak mengerjakan perintah-Nya.

Sebab, puasa wajib merupakan salah satu ibadah wajib yang ditetapkan untuk setiap Muslim.

“Puasa ini bahkan menjadi salah satu dari rukun Islam yang lima, sehingga wajib hukumnya seorang muslim mengerjakannya,” kata Rizem. 

Mengenai kewajiban puasa ini, Allah SWT menerangkan dengan sangat jelas dalam beberapa firman-Nya (QS al-Baqarah ayat 185)

Tidak hanya menjadi musuh Allah SWT, seorang Muslim yang meremehkan hingga meninggalkan puasa wajib juga akan mendapatkan azab yang pedih. 

عن أبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ إِذْ أَتَانِي رَجُلَانِ فَأَخَذَا   بِضَبْعَيَّ فَأَتَيَا بِي جَبَلًا وَعْرًا فَقَالَا لِيَ: «اصْعَدْ» فَقُلْتُ: «إِنِّي لَا أُطِيقُهُ»، فَقَالَا: «إِنَّا سَنُسَهِّلُهُ لَكَ»، فَصَعِدْتُ حَتَّى إِذَا كُنْتُ فِي سَوَاءِ الْجَبَلِ إِذَا أَنَا بأَصْوَاتٍ شَدِيدَةٍ فَقُلْتُ: «مَا هَذِهِ الأَصْوَاتُ؟» قَالُوا: «هَذَا عُوَاءُ أَهْلِ النَّارِ»، ثُمَّ انْطُلِقَ بِي فَإِذَا أَنَا بِقَوْمٍ مُعَلَّقِينَ بِعَرَاقِيبِهِمْ، مُشَقَّقَةٌ أَشْدَاقُهُمْ، تَسِيلُ أَشْدَاقُهُمْ دَمًا، قَالَ: قُلْتُ: «مَنْ هَؤُلَاءِ؟» قَالَ: «هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يُفْطِرُونَ قَبْلَ تَحِلَّةِ صَوْمِهِمْ»»

Abu Umamah menuturkan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Ketika aku tidur, aku didatangi oleh dua orang laki-laki, lalu keduanya menarik lenganku dan membawaku ke gunung yang terjal. Keduanya berkata, ‘Naiklah. Lalu kukatakan, 'Sesungguhnya aku tidak mampu.! Kemudian keduanya berkata, 'Kami akan memudahkanmu' Maka aku pun menaikinya sehingga ketika aku sampai di kegelapan gunung, tiba-tiba ada suara yang sangat keras. Lalu aku bertanya, 'Suara apa itu?' Mereka menjawab, 'Itu adalah suara jeritan para penghuni neraka.

Kemudian di bawalah aku berjalan-jalan dan aku sudah bersama orang-orang yang bergantungan pada urat besar di atas tumit mereka, mulut mereka robek, dan dari robekan itu mengalirlah darah. Kemudian aku (Abu Umamah) bertanya, 'Siapakah mereka itu?' Rasulullah SAW menjawab, 'Mereka adalah orang-orang yang berbuka (membatalkan puasa) sebelum tiba waktunya'." (HR Ibnu Khuzaimah dan Al hakim)    

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement