Rabu 21 Dec 2022 13:36 WIB

Umat Islam Diajak Introspeksi Capaian Spiritual di Penghujung 2022

Alangkah ruginya seorang hamba kalau prestasinya hari ini sama dengan kemarin

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar (keempat kiri), Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Dakwah Cholil Nafis (keempat kanan) dan pengurus MUI Komisi Dakwah lainnya membaca doa saat acara Muhasabah dan Istighotsah akhir tahun 2022 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (20/12/2022). Kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya instrospeksi diri serta meningkatkan ketakwaan  dalam mempersiapkan menyambut tahun yang akan datang. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar (keempat kiri), Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Dakwah Cholil Nafis (keempat kanan) dan pengurus MUI Komisi Dakwah lainnya membaca doa saat acara Muhasabah dan Istighotsah akhir tahun 2022 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (20/12/2022). Kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya instrospeksi diri serta meningkatkan ketakwaan dalam mempersiapkan menyambut tahun yang akan datang. Republika/Thoudy Badai

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, mengajak umat Islam melakukan introspeksi capaian dan prestasi spiritual selama 2022. Hal tersebut disampaikannya dalam acara Muhasabah dan Istighosah Akhir Tahun 2022 yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Komisi Dakwah di Masjid Istiqlal pada Selasa (20/12/2022) malam.  

"Izinkan saya mengajak untuk melakukan introspeksi, apa capaian dan prestasi spiritual yang kita lakukan dan perlu kita lakukan, kita evaluasi di penghujung tahun 2022," kata Kiai Nasaruddin saat Muhasabah dan Istighosah Akhir Tahun 2022, Selasa (20/12/2022) malam.

Baca Juga

Kiai Nasaruddin mengatakan, alangkah ruginya seorang hamba kalau prestasinya hari ini sama dengan kemarin. Untuk itu, di momen muhasabah dan istighosah ini mari melakukan evaluasi.

Imam Besar Masjid Istiqlal berharap target-target di tahun 2023 bisa diukur. Imam besar juga menjelaskan tentang beberapa lapis kesadaran.

Kiai Nasaruddin menjelaskan bahwa kesadaran berlapis-lapis atau bertingkat. Ia menganalogikan level kesadaran dengan anak-anak yang tidak sholat subuh, sholat subuh dan sholat subuh sambil menghayati bacaan sholatnya.

"Anak kita bangun pagi dan belum sholat subuh serta belum sadar melakukan sholat subuh. Sementara anak kita yang lainnya bangun tidur dan langsung ambil wudhu serta sudah sadar sholat subuh tapi sholatnya cepat," ujar Kiai Nasaruddin.

Ia menjelaskan, anak yang sholat subuh tapi cepat artinya sudah sadar melakukan sholat tapi penghayatan sholatnya bisa ditebak. Formalitas sholatnya sudah selesai tapi penghayatan sholatnya belum.

"Sadar yang selanjutnya (anak bangun pagi dan sholat subuh) serta menghayati betul bacaan tajwidnya dan makhrajnya, menghayati bacaan (sholatnya), jadi kesadaran itu berlapis-lapis, maqom-maqom itu ada," jelas Kiai Nasaruddin.

Ia menjelaskan, orang yang melakukan sholat tapi menganggap sholat sebagai kewajiban dan beban, itu masuk kategori ahlul taat. Kemudian di atasnya ada ahli ibadah. Perbedaan antara ahlul taat dan ahli ibadah adalah kualitas dan intensitasnya.

Kiai Nasaruddin menerangkan, kalau ahlul taat melakukan seluruh ajaran Islam karena itu penting dan wajib, jadi merasa terbebani dengan sholat. Sementara ahli ibadah, mengerjakan seluruh ajaran Islam dengan cinta.

"Mengapa kamu sholat? karena aku mencintai sholat, aku mencintai zikir, aku mencintai puasa, aku mencintai solawat, seluruh ketaatan yang dilakukan dengan cinta, itu yang disebut ahli ibadah," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement