REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ganjar, Alumni Tarbiyah dan Keguruan UIN Suka Yogyakarta
اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ
Hadirin yang berbahagia
Membuka khutbah ini, marilah kita panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SwT. Karena atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya kita masih diberi kesempatan untuk berbuat kebaikan-kebaikan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Salah satu kebaikan itu adalah dapat menghadiri majelis Jumat sebagaimana kita laksanakan sekarang ini.
Selanjutnya, shalawat beserta salam tak lupa mari kita haturkan kepada suri teladan Nabi Muhammad saw. Beliaulah sosok mulia yang mestinya kita contoh dan mesti selalu dijadikan panutan. Baik dalam hal menjaga keimanan, dalam berislam, bermasyarakat, berbangsa, juga dalam bernegara. Setiap langkah dan tindakannya penuh kehati-hatian dan selalu terpancar akhlak. Semoga kita bisa selalu berkiblat kepada kehati-hatian Nabi juga kepada akhaknya yang mulia.
Dan melalui mimbar Jumat ini, saya selaku khatib mengajak kepada diri sendiri juga kepada seluruh jamaah untuk selalu meningkatkan iman dan takwa kwpada Allah SwT. Iman dalam pengertian meyakini dalam hati, megucapkannya lewat lisan, serta mengiplementasikannya dalam perbuatan sehari-hari. Serta takwa dalam pengertian menaati Allah dan tidak bermaksiat kepada-Nya.
Lebih sederhana, simak dialog Umar dan Ubay tentang definisi takwa. Umar bin Khattab bertanya kepada Ubay bin Ka’ab mengenai takwa. Ubay bertanya, “Pernahkah kamu berjalan di jalan yang penuh dengan duri?” Umar menjawab, “Ya.” Ubay bertanya lagi, “Apa yang engkau lakukan?” Umar menjawab, “Aku menggulung lengan bajuku dan berusaha (melintasinya).” Ubay berkata, “Inilah (makna) takwa, melindungi seseorang dari dosa dalam perjalanan kehidupan yang berbahaya sehingga ia mampu melewati jalan itu tanpa terkena dosa. Karenanya takwa bisa dimaknai sebagai kehati-hatian. Di sinilah pentingnya melangkah dengan hati.