Jumat 07 Oct 2022 01:05 WIB

Naskah Khutbah Jumat: Bertakwa Semampunya

Perintah bertakwa semampunya adalah bentuk keringanan dan kasih sayang Allah.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!

Dahulu, pada masa Nabi Muhammad saw., ada sebagian sahabat yang terlalu semangat dalam beribadah, hingga membuat mereka sakit. Mereka bangun di malam hari dan puasa di siang hari. Mengetahui hal itu, Nabi saw. lalu menyampaikan bahwa segala sesuatu punya hak yang mesti dipenuhi. Mata punya hak untuk dipenuhi. Demikian halnya dengan bagian tubuh yang lain, juga istri, keluarga, dan tetangga.

Imam As-Suyuthi menjelaskan bahwa perintah untuk bertakwa semampunya adalah bentuk keringanan, kemudahan, dan kasih sayang yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Sementara Imam At-Thabari menjelaskan bahwa bertakwa semampunya bukan berarti menyepelekan kewajiban dan larangan yang sudah ditetapkan oleh Allah.

Agama Islam menekankan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Oleh karenanya, umat Islam dilarang lebih mementingkan satu dari lainnya. Selain tidak boleh hanya berorientasi pada dunia, umat Islam juga dilarang hanya berorientasi pada akhirat. Keduanya harus seimbang: dunia iya, akhirat juga iya.

Keseimbangan itu bisa terwujud jika seorang hamba menyibukkan diri dengan tiga hal: pertama, membekali diri untuk kembali ke tempat asalnya (tazawwudu li ma’ādin), yakni dengan memperbanyak amal saleh. Amal yang baik adalah yang dikerjakan secara istikamah dan tidak membuat seseorang menjadi bosan.

Dari ‘Aisyah radliyallahu anha., Rasulullah saw. bersabda,

خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَوَاللَّهِ لَا يَسْأَمُ اللَّهُ حَتَّى تَسْأَمُوا

Artinya, “Hendaklah kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian, karena demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian sendiri yang bosan” (HR. Bukhari & Muslim).

Kedua, berjuang untuk membiayai kehidupannya di dunia (mu’natun li ma’āsyin), yakni dengan bekerja. Allah membenci hamba yang malas beraktivitas. Dalam banyak ayat al-Quran, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bertebaran di muka bumi dalam rangka mencari rizki dan karunia-Nya. Pekerjaan yang baik adalah yang diniatkan dan diorientasikan untuk meraih keridhaan Allah swt.

Ketiga, mencari kesenangan dengan cara yang halal (thalabu ladzdzatin bi halalin). Islam tidak pernah membatasi umatnya untuk mencari kesenangan di dunia, selama kesenangan itu tidak melanggar aturan yang sudah ditetapkan Allah swt. Kesenangan itu bisa dicari di keluarga, hewan peliharaan, olahraga, dan sebagainya. Jangan sampai terbesit anggapan di pikiran kita  bahwa Islam adalah agama yang memutus mata rantai kebahagian dan kesenangan umatnya.

 

sumber : https://suaramuhammadiyah.id/2022/09/16/bertakwa-semampunya/
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement