Jumat 29 Apr 2022 05:05 WIB

Naskah Khutbah Jumat: Muhasabah di Akhir Ramadhan

Introspeksi diri diperlukan untuk menilai kuantitas dan kualitas ibadah Ramadhan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Umat Islam membaca Al Quran bersama-sama di Masjid Raya Nurul Islam, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu (27/4/2022). Kegiatan Khataman Al Quran yang dilakukan 10 hari terakhir di bulan suci Ramadhan tersebut untuk meraih malam kemuliaan (Lailatulqadar) dari Allah SWT dengan memperbanyak amal ibadah yaitu membaca Al Quran, Shalawat, Shalat Tahajud (malam) dan berdzikir. Naskah Khutbah Jumat: Muhasabah di Akhir Ramadhan
Foto:

Inilah buah dari ilmu dan muhasabah. Seorang mukmin senantiasa beramal shalih, disertai perasaan harap dan cemas. Ia berharap Allah subhanahu wata'ala menerima amalnya dan memberinya balasan yang terbaik. Namun ia juga merasa khawatir jika Allah subhanahu wata'ala tidak menerima amalnya, karena adanya kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam syarat, rukun, sunnah, adab maupun keikhlasan dari amal yang ia kerjakan.

Seorang ulama tabi’in, imam Hasan Al-Bashri, berkata "Seorang mukmin itu memadukan antara amal kebaikan dan rasa khawatir (amalnya tidak diterima Allah subhanahu wata'ala), adapun orang munafik justru memadukan antara amal keburukan dan rasa aman dari kemurkaan dan adzab Allah." (Ibnu Jarir Ath-Thabari, Jami’ Al-Bayan fi Ta’wil Ayyi Alquran).

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ramadhan akan selalu ditandai dengan transformasi dalam diri pelakunya serta masyarakat sekitarnya dengan mengalirnya amal shalih yang tiada putus-putusnya serta berbagai perbuatan terpuji lainnya. Bila setelah Ramadhan seseorang selalu berbuat baik, serta bisa memberikan sumbangsih untuk perubahan masyarakat di sekitarnya sampai ia menghadap Allah subhanahu wata'ala, maka jelas ia akan tergolong kelompok manusia yang meraih gelar takwa, mendapatkan pahala, dan kelak ia dapatkan adalah surga.

Dan sebaliknya, jika setelah melaksanakan ibadah Ramadhan seseorang masih seperti sebelum melaksanakan Ramadhan maka bisa dipastikan Ramadhannya tidak berkah dan ia gagal meraih predikat takwa. Namun begitu, kita memang tidak bisa menilai apakah seseorang itu benar-benar mencapai gelar takwa atau tidak.

Itu hak Allah. Namun kita bisa mengenali ciri-ciri orang yang meraih gelar takwa antara lain adalah terjadinya perubahan pribadi ke arah yang positif. Perubahan ini mencakup hubungan vertikal (dengan Allah) dan horizontal (dengan lingkungan sekitar), juga mencakup kualitas ibadah jasmani dan rohani.

Sebagian dari dampak ibadah puasa Ramadhan bagi pelakunya adalah terjadinya perubahan kualitas perilaku ke arah yang lebih baik dan lebih terpuji. Indikator diraihnya gelar takwa pasca Ramadhan adalah jika pelakunya patuh melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wata'ala dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya, baik semasa Ramadhan maupun nanti paska Ramadhan.

Ada banyak kriteria orang yang bertakwa yang disebutkan dalam Alquran maupun Sunnah. Di antara kriteria tersebut adalah, beriman, senantiasa mendirikan shalat, menunaikan zakat atau menafkahkan sebagian harta, selalu menepati janji, sabar, selalu berdoa kepada Allah, benar, tetap taat dan mengingat Allah, selalu beristighfar (meminta ampun) dan taubat kepada Allah dari semua dosanya. Di samping itu, menahan amarah, suka memaafkan, selalu berbuat baik, tidak melakukan perbuatan keji, shalat tahajud, amalan-amalan tersebut selalu dilakukan oleh yang bertakwa.

Kriteria berikutnya adalah ia akan memiliki sifat dan sikap terpuji seperti sabar, syukur, tawakkal, tasamuh (toleransi), pemaaf, tawadu’ dan sebagainya. Ia juga akan malu kepada Allah subhanahu wata'ala untuk melakukan perbuatan yang dilarang-Nya. Bersemangat dan sungguh-sungguh dalam menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu Islam. Kemudian ia juga akan senantiasa bekerja keras dan tekun untuk memenuhi keperluan hidup dirinya, keluarganya dan dalam rangka membantu orang lain serta berusaha untuk tidak membebani dan menyulitkan orang lain.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Semoga Allah subhanahu wata'ala memasukkan kita ke dalam golongan orang-oranِg Mukmin yang memadukan antara amal kebaikan, muhasabah dan rasa khawatir sebagaimana disebutkan dalam ayat Alquran dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement