Jumat 22 Apr 2022 05:25 WIB

Naskah Khutbah Jumat: Mengukur Perbuatan Ikhlas

Niat ikhlas dan usaha yang sebaik-baiknya adalah syarat terpenuhinya kriteria ikhlas.

Ojek payung menunggu pelanggan saat hujan deras di Stasiun Yogyakarta, Ahad (4/4). Naskah Khutbah Jumat: Mengukur Perbuatan Ikhlas
Foto:

Upah tidak ada kaitannya dengan keikhlasan. Ikhlas atau tidak seseorang tergantung pada niat dan kualitas usahanya.

Niat ikhlas dan usaha yang sebaik-baiknya adalah syarat terpenuhinya kriteria ikhlas. Pekerjaan sukarela bisa saja bernilai tidak ikhlas bila dilakukan dengan serampangan. Sebaliknya profesi yang mendatangkan upah, bisa saja bernilai ikhlas apabila dilakukan dengan niat ikhlas dan usaha yang sungguh-sungguh.

Kriteria selanjutnya adalah peruntukan hasil usaha. Seorang pedagang yang mendapat untung dari hasil jual belinya haruslah dibelanjakan kepada yang halal, dengan cara yang halal pula. Bila itu seorang pelajar, maka ilmunya itu ia manfaatkan bukan hanya untuk keuntungan diri sendiri, tapi juga memberi manfaat pada sesama.

Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah

Kebalikan dari ikhlas adalah riya. Riya dalam bahasa Arab berasal dari kata رأى – يرى yang berarti melihat. Sehingga Riya memiliki arti beramal karena ingin dilihat oleh orang lain. Beramal karena ingin mendapat pujian, harta, jabatan, popularitas dan segala hal selain kepada Allah.

Riya menjadikan amal ibadah kehilangan nilai pahalanya di sisi Allah. Seperti tanah di atas batu yang sirna tersapu hujan.

Hilang tidak membekas. Berlelah-lelah beribadah ternyata tidak ditemukan hasilnya saat hari perhitungan.

Sedangkan ikhlas bagaikan kebun subur di dataran tinggi. Apabila hujan lebat, maka bertambah subur tanamannya. Kalaupun hujan hanya sekedar gerimis saja, maka itupun sudah mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dengan optimal.

Walaupun riya dapat menghilangkan nilai pahala dari amal yang dikerjakan, namun bukan berarti karena takut riya maka amal ibadah itu lebih baik tidak dilakukan saja. Kuncinya adalah kebiasaan. Bila sudah terbiasa melakukan suatu ibadah, maka perasaan riya itupun akan terus terkikis hingga tidak tersisa lagi.

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتُهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement