REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hadis-hadis seputar Ramadhan tidak semuanya shahih. Namun banyak di antara hadis-hadis tersebut yang terlanjur populer dan dipercayai masyarakat benar adanya sebagai petuah Rasulullah SAW.
Salah satu hadis yang populer di kalangan Muslim Indonesia tentang hebatnya Ramadhan adalah hadis yang menceritakan surga yang berhias untuk bulan suci itu dan para bidadari yang memohon bersuamikan hamba Allah.
Artinya hadis tersebut, "Dari Ibn ‘Umar, bahwa surga itu dihiasi untuk bulan Ramadhan sejak awal tahun sampai tahun berikutnya. Apabila hari pertama Ramadhan datang, angin di bawah Arsy berhembus, sehingga daun-daun surga bergerak-gerak mengenai para bidadari. Mereka kemudian berkata, “Wahai Tuhan kami, jadikanlah dari hamba-hamba-Mu sebagai suami kami di mana kami dapat menyejukkan pandangan mata mereka dan mereka dapat menyejukkan pandangan mata kami.”
Menurut pakar hadis yang juga pendiri Pondok Pesantren Daarussunnah, Prof Dr KH Ali Mustafa Yaqub MA dalam bukunya Hadis-hadis Bermasalah, hadis tersebut merupakan penggalan dari hadis mengenai Ramadhan setahun penuh. Diriwayatkan oleh Al-Daruquthni dalam 'Al-Afrad', hadis ini diragukan kualitas kesahihannya.
Salah satu rawi yang meriwayatkan hadis tersebut dikenal kontroversial, ungkap Ali Yaqub, yaitu Al-Walid bin Al-Walid Al-'Ansi. Al-'Ansi mendapat pandangan dari Al-Daruquthni sebagai rawi yang hadis-hadis riwayatnya munkar, bahkan meriwayatkan hadis palsu.
Berdasarkan penjelasan tersebut, hadis mengenai surga yang berhias untuk Ramadhan gugur kesahihannya. Terlebih Al-'Ansi sebagai salah satu rawi hadis tersebut ternyata menganut paham Qadariyah.
Qadariyah adalah paham yang menyebutkan makhluk yang menciptakan dan menentukan amal perbuatannya tanpa campur tangan Allah SWT. Maka Al-'Ansi telah menganut paham bid'ah, dan hadis yang ia riwayatkan tidak dapat dipertanggung jawabkan keshahihannya.
Menurut Ali Yaqub, ada sumber yang menyebutkan bahwa Al-Walid bin Al Walid bin al 'Ansi adalah seorang Qadari (penganut mazhab Al Qadariyah yaitu kelompok yang mengatakan Allah SWT tidak menentukan segala sesuatu. Allah SWT juga tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Allah SWT baru mengetahui segala sesuatu setelah hal itu terjadi.
Lebih lanjut Prof Ali Yaqub mengutip pendapat Imam al Nawawi (wafat 676 Hijriyah) yang menyebutkan, kelompok al Qadariyah telah mendustakan Allah SWT dan mereka disebut Al Qadariyah karena mengingkari Qadar.