Oleh Abdurrahman Muhayar
REPUBLIKA.CO.ID, Doa tidak wajib dilantunkan, namun ia menempati posisi istimewa dalam kehidupan umat manusia, bukan saja umat Islam.
''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.'' (QS Al-Baqarah (2): 186).
Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa, ''Doa adalah otak ibadah.'' (HR Ibn Hibban dan at-Tirmidzi). Dalam hadis lain, ''Doa adalah senjata orang yang beriman, tiang agama dan cahaya langit dan bumi.'' (HR al-Hakim).
Karena pentingnya doa, bertebaranlah di dalam Alquran doa yang dibawa para Nabi SAW dan Rasulullah SWT. Selain itu, dalam hadis pun terekam doa-doa beliau serta doa yang diajarkannya kepada para sahabat, istri, dan putrinya.
Sayangnya, ada keyakinan keliru dalam memaknai posisi doa dalam Islam, sehingga doa menjadi tidak lebih daripada bentuk kelemahan, pelarian diri, kemalasan, dan kekerdilan. Artinya, doa hanya sekadar wujud ketakberdayaan yang memaksa seseorang merengek kepada Allah SWT.