Senin 01 Sep 2025 07:33 WIB

Ajaran Hadits dan Alquran dalam Hadapi Kondisi Kecewa atau Marah

Hadits dan Alquran ajarkan kebijaksanaan dalam bersikap.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi ngaji Alquran dan hadits.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi ngaji Alquran dan hadits.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekecewaan adalah bagian dari kehidupan yang tidak bisa dihindari. Dalam kondisi sosial akhir-akhir ini, masyarakat pun banyak yang kecewa dan marah terhadap kebijakan pejabat pemerintah dan perilaku para wakil rakyat.

Setiap orang pasti pernah merasakan kecewa, baik dalam urusan pribadi maupun pekerjaan. Namun, Islam melalui Alquran dan hadits Nabi Muhammad SAW memberikan pedoman bagaimana seorang Muslim seharusnya menyikapi rasa kecewa dengan cara yang benar.

Baca Juga

Alquran berulang kali menekankan pentingnya sabar dalam menghadapi musibah, cobaan, dan kekecewaan. Allah SWT berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

"Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (QS Al-Baqarah [2]:155)

Ayat ini menegaskan bahwa ujian, termasuk rasa kecewa, adalah bagian dari takdir hidup. Kabar gembira diberikan Allah kepada mereka yang mampu bersabar dan tidak larut dalam kesedihan.

Dengan ujian ini, kaum Muslimin menjadi umat yang kuat mentalnya, kukuh keyakinannya, tabah jiwanya, dan tahan menghadapi ujian dan cobaan. Mereka akan mendapat predikat sabar, dan merekalah orang-orang yang mendapat kabar gembira dari Allah.

Dalam sebuah hadits sahih riwayat Bukhari, Rasulullah SAW juga bersabda:

وقال أبو هريرة قال النبي صلى الله عليه وسلم لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ وَإِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَه عِنْدَ الغَضَبِ

“Abu Hurairah RA berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Seseorang disebut sebagai kuat perkasa bukan karena duel. Orang yang kuat perkasa ialah orang yang mampu mengendalikan diri ketika marah,’” (HR Al-Bukhari nomor 6114 dan Muslim nomor 2609)

Kekecewaan sering melahirkan kemarahan. Namun Rasulullah menegaskan bahwa kekuatan seorang Muslim justru tampak ketika ia mampu menahan diri dari amarah, bukan saat melampiaskannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement