REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Hukama Muslimin dan Pusat Studi Al Quran (PSQ) bersama UIN Sunan Gunung Djati Bandung menggelar seminar bertajuk "Mengungkap Paradigma Bahasa dalam Kosakata Al Quran: Sosialisasi Majelis Hukama Muslimin dan Bedah Buku Tafsir Bayani," beberapa waktu lalu.
Acara ini terbagi dalam dua sesi utama yaitu Sosialisasi Majelis Hukama Muslimin oleh Quraish Shihab dan Bedah Buku Tafsir Bayani yang menampilkan pembicara seperti Direktur MHM Muchlis M Hanafi, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Unpad Prof Syarief Hidayat, dan Guru Besar UIN Gunung Djati Prof Badruzzaman M. Yunus.
"Kata dalam Al Quran dipilih dengan tujuan tertentu yang menyiratkan keindahan, pesan, dan makna mendalam. Tafsir ini membantu kita memahami bagaimana bahasa Al Quran menyampaikan pesan illahiah secara sempurna," kata Muchlis Hanafi dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Dengan menghadirkan para pakar terkemuka, kegiatan ini memperkuat pemahaman tentang kebahasaan Al Quran serta menegaskan pentingnya kebijaksanaan dalam membangun toleransi dan kemanusiaan.
Diskusi yang berlangsung menjadi pengingat peran Al Quran sebagai pedoman hidup yang relevan untuk menjawab tantangan zaman.
Sementara itu Prof Syarief Hidayat memberikan apresiasi tinggi terhadap kontribusi buku tersebut, yang menghubungkan kajian kosakata Al Quran dengan konsep kebahasaan modern.
"Sebanyak 40 persen kosakata dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Arab. Buku ini memudahkan kita memahami konsep linguistik seperti maful bih (objek penderita) dan maful ma'ah (objek penyerta) yang menjadi bagian penting dalam kajian kebahasaan," ujarnya.
Adapun Prof Badruzzaman M Yunus menjelaskan metode dan orientasi tafsir kebahasaan dalam Tafsir Bayani. Badruz menggarisbawahi pendekatan Tahlili yang digunakan Prof Quraish, yaitu mengurai kata dan struktur kalimat secara mendalam untuk menunjukkan pesan moral dan keindahan sastra dalam Al Quran.