REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap akan membuka suatu pertemuan, umat Islam Indonesia seringkali membaca surat Al-Fatihah. Namun, apakah membaca ummul kitab ini ketika akan membuka sebuah pertemuan sesuai dengan sunnah nabi?
Ulama karismatik asal Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, KH Afifuddin Muhajir mengatakan, masalah tersebut sebenarnya sudah dibajas dalam forum Bahtsul Masail ketua kamar yang digelar sekitar 40 tahun yang lalu.
Menurut Wakil Rais Aam PBNU ini, di dalam kitab Al-Bajuri telah dijelaskan bahwa membaca surat Al-Fatihah setiap kali membuka suatu pertemuan atau menutup pertemuan bukanlah sunnah.
"Yang sunnah adalah membaca surat Al-Ashr," ujar Kiai Afifuddin dikutip dari video kajiannya yang diunggah di Facebook, Senin (25/11/2024).
Kiai Afifuddin menambahkan, tradisi membaca surat Al-Fatihah ketika akan membuka forum atau menutup forum (Kafaratul Majelis) di kalangan NU juga kerap dipertanyakan oleh orang-orang Muhammadiyah. Karena itu, dia berharap hal ini tidak terjadi di lingkungan Ma'had Aly, sebuah lembaga kader ulama di pesantren.
"Orang-orang Muhammadiyah bertanya-tanya kenapa orang-orang NU kok banyak yang membuka pertemuan dengan Surah Al-Fatihah? Kita malu sering dikritik mereka. Apalagi kalau hal ini terjadi di Ma'had Aly," kata Kiai Afifuddin.
Berikut bacaan surat Al-Ashr ketika akan membuka atau menutup sebuah pertemuan atau majelis:
وَالْعَصْرِۙ. اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ. اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
wal-‘ashr. innal-insâna lafî khusr . illalladzîna âmanû wa ‘amilush-shâliḫâti wa tawâshau bil-ḫaqqi wa tawâshau bish-shabr
"Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran. (QS Al-Ashr [103]:1-3)
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa jika manusia tidak mau hidupnya merugi, maka ia harus beriman kepada-Nya, melaksanakan ibadah sebagaimana yang diperintahkannya, berbuat baik untuk dirinya sendiri, dan berusaha menimbulkan manfaat kepada orang lain.
Di samping beriman dan beramal saleh, mereka harus saling nasihat-menasihati untuk menaati kebenaran dan tetap berlaku sabar, menjauhi perbuatan maksiat yang setiap orang cenderung kepadanya, karena dorongan hawa nafsunya.