REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Nada Abu Ahmad dalam Berkah Anak Shaleh mengatakan, anak adalah fitnah yang berarti ujian dari Allah bagi hamba-Nya. Ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al Anfal ayat 28:
وَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌࣖ
wa‘lamû annamâ amwâlukum wa aulâdukum fitnatuw wa annallâha ‘indahû ajrun ‘adhîm
Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai ujian dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.
Ketika Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, ia mengatakan, "Yakni, ujian dari Allah ketiak Dia menganugerahkannya kepada kalian, untuk mengetahui apakah kalian bersyukur dan menaatiNya, atau kalian menjadi lalai dan sibuk oleh anak-anak, lupa terhadap Allah."
Disebutkan dalam surat At Taghabun ayat 15:
اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
innamâ amwâlukum wa aulâdukum fitnah, wallâhu ‘indahû ajrun ‘adhîm
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allahlah (ada) pahala yang besar.
Dalam Tafsir Tahlili yang dikutip dari Quran Kemenag disebutkan, Allah menerangkan bahwa cinta terhadap harta dan anak adalah cobaan. Jika tidak berhati-hati, akan mendatangkan bencana. Tidak sedikit orang, karena cintanya yang berlebihan kepada harta dan anaknya, berani berbuat yang bukan-bukan dan melanggar ketentuan agama.
Dalam ayat ini, harta didahulukan dari anak karena ujian dan bencana harta itu lebih besar, sebagaimana firman Allah:
كَلَّآ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَيَطْغٰىٓ ۙ ٦ اَنْ رَّاٰهُ اسْتَغْنٰىۗ ٧
Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup. (Surat al-‘Alaq ayat 6-7)
Dalam sebuah hadits disebutkan:
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَإِنَّ فِتْنَةَ أُمَّتِيْ اَلْمَالُ. (رواه أحمد والترمذي والطبراني والحاكم عن كعب بن عياض)
Sesungguhnya bagi tiap-tiap umat ada cobaan dan sesungguhnya cobaan umatku (yang berat) ialah harta, (Riwayat Aḥmad, at-Tirmiżī, aṭ-Ṭabrānī, dan al-Ḥākim, dari Ka‘ab bin ‘Iyāḍ)
Kalau manusia dapat menahan diri, tidak akan berlebihan cintanya kepada harta dan anaknya, jika cintanya kepada Allah lebih besar daripada cintanya kepada yang lain, maka ia akan mendapat pahala yang besar dan berlipat ganda.