REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap manusia telah mendapatkan rezekinya masing-masing dari Allah SWT. Dan, ada keutamaan bagi orang beriman yang ridha kepada Allah dengan rezeki meski mendapat sedikit.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
Dari Ali RA, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa ridha kepada Allah dengan rezekinya, yang sedikit, maka Allah akan meridhainya dengan amalan yang sedikit." (HR Baihaqi-Misykat)
Pakar hadits Syekh Maulana Zakariyya Al Khandahlawi dalam kitab Fadhilah Sedekah menjelaskan, di dalam hadits ini terdapat pernyataan bahwa kekurangan reseki merupakan kebaikan khusus dan sebagai peringatan dari Allah SWT. Yakni, jika seseorang memiiki kekurangan dalam amalannya, maka Yang Maha Memiliki akan mengampuni kekurangan amal tersebut dan menerimanya.
Sebaliknya, jika seseorang itu menerima banyak pemberian dari Allah SWT, dan ia tidak rela jika terjadi kekurangan maka Yang Maha Malik pun akan berbuat hal yang sama.
Dalam menyempurnakan hak-haknya, ia tidak akan rela dengan kekurangan yang ada. Jika seorang pekerja meminta agar gajinya dibayar, namun ia kurang baik dalam melayani majikannya, maka tuannya tentu akan melupakan kebaikannya.
Berbeda dengan keadaan kita, ketika sebagian orang di antara kita hidup dalam kemiskinan, maka mereka mendapat taufik untuk mendekati Allah dan dapat meluangkan waktunya untuk berdzikir dan mengerjakan sholat nafil. Tetapi ketika mereka berubah menjadi kaya, maka mereka tidak sempat lagi meskipun untuk menunaikan sholat fardhu.
Merasa puas dengan rezeki yang sedikit hanya dapat dimiliki jika seseorang itu memperhatikan lima hal"
1. Mengurangi perbelanjaan, yakni tidak berbelanja melebih keperluan
2. Meyakin janji Allah. Bahwa, Allah telah bertanggung jawab untuk memberikan rezeki kepada para Hamba-Nya.
3. Memahami kemuliaan istighna (merasa puas dengan rezeki yang sedikit) dan kehinaan tamak. Yakni, dengan memahami kemuliaan istighna dan betapa besar kehinaan tamak di hadapan manusia akan menghasilkan sifat qanaah (merasa cukup).
4. Memikirkan akibat orang-orang kaya yang cinta dunia dan orang-orang yang tidak mengikuti cara hidup seperti Yahudi, Nasrani, dan orang-orang yang tidak beragama, juga memikikirkan keadaan dan akibat yang dinikmati oleh para nabi dan wali Allah.
5. Memikirkan dengan mendalam segala sesuatu yang telah diterangkan sebelum pembahasan ini, yakni bahayanya banyak harta dan besarnya musibah yang ditimbulkannya.
Dalam sebuah hadits:
Rasulullah SAW bersabda:
"Sungguh beruntung orang yang telah memeluk Islam, lalu ia diberi rezeki sedikit, namun Allah mengaruniakannya kepadanya sifat qanaah (berpuas hati dengan rezeki yang sedikit).
Hadits lainnya:
"Beruntunglah orang yang diberi taufik untuk memeluk Islam dan penghidupannya (rezeki) hanya sekadar untuk mencukupi keperluannya, namun ia berpuas hati dengannya." (At Thargib)