REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH --Nabi Adam dan istrinya, Siti Hawa, menyesali telah melanggar larangan makan buah huldi ketika di surga. Penyesalan keduanya diabadikan dalam surah Al-Ara'f ayat 23.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Rabbana dhalamna anfusana wain lam taghfirlana watarhamna lanakunanna minal khasirin.
Tarjamah Tafsiriyah QS Al-A'raf itu adalah:
"Wahai Tuhan kami, kami telah berlaku dzalim pada diri kami. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan mengasihi kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi."
Pembimbing Ibadah Haji dan Umroh Ustaz Rafiq Jauhary Lc mengatakan, taubat nasuha tidak akan terjadi bilamana seorang yang melakukan kemaksiatan tidak mengetahui kesalahan yang diperbuat. Dan menunjukkan penyesalan dari hati sanu baru merupakan awal untuk bertaubat.
"Hal ini perlu dikedepankan sebelum ia memohon ampunan kepada Allah," kata Ustaz Rafiq saat menyampaikan tausiyah daringnya, beberapa waktu lalu.
Ustaz Rafiq Jauhary mengatakan, taubat yang dilakukan oleh Nabi Adam dan Ibnu Hawa menjadi ibrah bagi kita. Tidak hanya dalam hal memohon ampunan kepada Allah, namun juga meminta maaf kepada sesama manusia harus sungguh-sungguh menyesal.
"Kita harus mengedepankan pengakuan dan penyesalan," katanya.
Ustaz Rafiq mengatakan, sungguh suatu nikmat dan rahmat (kasih-sayang) dari Allah manakala dosa yang kita perbuat dapat diampuni. Akan tetapi jika tidak, sungguh penyesalan yang akan kita terima, yaitu adzab di hari akhir.