Di sisi lain, penelitian ilmiah terbaru mengkonfirmasi bahwa hubungan antara genetika dan lingkungan sangat kompleks, dengan genetika berperan dalam perbedaan tinggi badan sekitar 60-80 persen.
Penelitian juga mengindikasikan bahwa daerah yang terpapar kemiskinan, malnutrisi, perawatan dan layanan kesehatan yang buruk, dan perang selama bertahun-tahun menyebabkan pertumbuhan terhambat.
Penelitian juga telah membuktikan bahwa orang-orang di negara-negara Eropa lebih tinggi daripada orang-orang di Asia dan beberapa negara Afrika, sementara orang-orang di Pegunungan Alpen Dinar di Eropa tenggara adalah yang tertinggi di dunia, dengan tinggi rata-rata sekitar 185 cm untuk pria dan 170 cm untuk wanita.
Mungkin yang membuktikan keabsahan penelitian ini adalah perbedaan tinggi badan orang Arab, di mana tinggi rata-rata seseorang di Uni Emirat Arab adalah sekitar 173 cm untuk pria, sementara tinggi rata-rata seseorang di Irak adalah sekitar 165 cm untuk pria, yang membuat mereka, menurut penelitian, menjadi orang yang paling lambat pertumbuhannya di negara-negara Arab.
BACA JUGA: Benarkah Sahabat Nabi SAW, Ibnu Abbas, Bolehkan Kawin Kontrak atau Nikah Mutah
Antropolog Barry Pugin mengukur tinggi badan anak-anak suku Indian Maya yang tinggal di Amerika setelah melarikan diri dari perang Guatemala dan menemukan bahwa mereka jauh lebih tinggi daripada anak-anak Guatemala karena perubahan lingkungan mereka.
Pada akhir abad ke-19, Belanda adalah negara yang dikenal dengan orang-orangnya yang pendek, namun saat ini rata-rata tinggi manusia adalah 183cm, menjadikannya negara tertinggi di Eropa Barat. Ini berarti tinggi badan manusia bertambah dan berkurang tergantung pada lingkungan, nutrisi, dan faktor lainnya