Oleh : Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Kabupaten Mojokerto
REPUBLIKA.CO.ID,
Khutbah I
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي مَنَّ عَلَيْنَا بِسَيِّدِنَا مُحّمَّدٍ، الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي جَمَعَنَا عَلَى حُبِّ اللهِ وَحُبِّ رَسُوْلِهِ سَيِّدِنَا مُحّمَّدٍ، الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي جَعَلَنَا مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى الرَّحْمَةِ الْمُهْدَاةِ سَيِّدِنَا مُحّمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَكُلِّ الْمُتَأَسِّيْنَ بِالْأُسْوَةِ الْحَسَنَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَالْمُقْتَدِيْنَ بِهَدْيِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الَّذِي جَعَلَنَا مِنْ أَحْبَابِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُدَعَّمُ بِالْمُعْجِزَاتِ الْبَاهِرَاتِ وَالْمُؤَيَّدُ
أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ:
Ma'asyirul Muslimin rahimakumullâh
engawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT, satu-satunya Tuhan yang wajib dan berhak disembah, Pencipta segala sesuatu, yang menakdirkan terjadinya segala sesuatu, Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak membutuhkan kepada segala sesuatu dan berbeda dengan segala sesuatu, yang tidak membutuhkan kepada tempat dan arah serta Mahasuci dari bentuk dan ukuran.
Kaum Muslimin yang berbahagia...
Hari ini kita telah berada pada hari ke-9 bulan Rabiul Awal. Bulan maulid Nabi. Bulan kelahiran Nabi. Pada bulan Rabiul Awal, dari tahun ke tahun, sejak pertama kali perayaan maulid dilakukan pada awal abad ketujuh hijriah, umat Islam di berbagai belahan dunia selalu merayakannya dengan penuh kegembiraan dan suka cita.
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumullâh...
Mengapa kita merayakan maulid? Karena kelahiran Nabi Muhammad SAW ke muka bumi ini adalah nikmat dan rahmat teragung yang Allâh anugerahkan kepada kita. Perayaan maulid adalah bentuk syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat yang sangat agung ini.
Dengan sebab beliau, kita mengenal Allah, satu-satunya Tuhan yang berhak dan wajib disembah. Tuhan Pencipta segala sesuatu. Tuhan yang tidak menyerupai segala sesuatu. Tuhan yang tidak membutuhkan kepada segala sesuatu. Dengan sebab beliau, kita mengenal Islam, satu-satunya agama yang benar. Satu-satunya agama yang diridlai Allah SWT/. Agama yang dibawa dan diajarkan oleh seluruh nabi dan rasul. Agama yang dengannya, kita akan selamat di kehidupan akhirat.
Perayaan maulid adalah bentuk kecintaan kita kepada insan yang paling mulia dan makhluk yang paling utama, Baginda Rasulullah SAW. Melalui perayaan maulid, kita diingatkan untuk terus mencintai Baginda Nabi. Melalui perayaan maulid, kita tanamkan pada diri umat Islam kecintaan kepada Nabi mereka, Nabi agung Muhammad SAW. Nabi yang cintanya kepada umat melebihi cinta mereka kepadanya.
Salah satu bukti cinta baginda kepada umatnya adalah sabda beliau:
لِكُلّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ، فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِيْ شَفَاعَةً لِأُمَّتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
Maknanya: “Setiap nabi memiliki kesempatan berdoa yang dikabulkan, maka semua nabi meminta segera dengan doanya, dan aku simpan doaku sebagai syafa’at untuk ummatku di hari kiamat” (HR. Muslim)
Pada hari kiamat kelak, dikatakan kepada Baginda:
يَا مُحَمَّدُ سَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ
“Wahai Muhammad, mintalah maka engkau akan diberi, berilah syafa’at maka syafa’atmu akan diterima.”
Baginda menjawab:
أَيْ رَبِّ أُمَّتِيْ أُمَّتِيْ (رَوَاهُ النَّسَائِيُّ)
“Wahai Tuhanku, umatku umatku.” (HR an-Nasa’i)
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Perayaan maulid di bulan Rabi’ul Awwal mengingatkan kita akan keagungan baginda, keutamaannya, akhlaknya, perjuangannya, gambaran ketampanan dan keindahan jasad mulianya. Ketika dilantunkan puji-pujian kepadanya dan jamaah maulid mulai menyebut-nyebut namanya, biasanya kita akan terbawa suasana haru. Dalam hati kita berucap, “Andai saja aku mendapat kemuliaan bertemu dengan baginda, meskipun dalam mimpi.”
Seorang mukmin sejati pasti merindukan baginda Nabi. Seorang mukmin sejati pasti-lah sangat ingin bertemu dengan baginda walaupun sekejap pandangan mata dalam mimpi.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Suatu ketika, sahabat Bilâl al-Habasyi melihat dalam mimpi wajah baginda Nabi yang memancarkan cahaya. Begitu terbangun, rasa rindu yang membuncah dan gelora cinta yang menyala-nyala memandunya untuk memacu hewan tunggangannya melewati gurun-gurun pasir yang tandus. Ia percepat perjalanannya di malam dan pagi hari, agar dapat segera sampai ke Madinah.
Sesampainya di Madinah, ia lantas berdiri di dekat peraduan baginda, di dekat makamnya. Air mata pun mengalir deras dari kedua matanya. Ia tumpahkan air mata agar dapat meringankan kerinduan yang bergejolak di hati. Akan tetapi mana mungkin kerinduan itu terobati? Bilâl-lah yang sebelum meninggal, melontarkan perkataan:wa
غَدًا نَلْقَى الْأَحِبَّةْ مُحَمَّدًا وَصَحْبَهْ
“Besok di akhirat aku akan menemui orang-orang yang aku kasihi, yaitu Muhammad dan para sahabatnya.”
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumullâh...
Mengapa kita merayakan..