REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menumpuk kekayaan adalah hal yang tercela dalam Islam. Abu Hurairah RA meriwayatkan hadits Nabi Muhammad SAW tentang menumpuk-numpuk harta kekayaan.
Rasulullah SAW bersabda, "Aku tidak bahagia jika aku punya emas sebesar bukit Uhud, sampai pada hari ketiganya tidak tersisa emas kecuali satu dinar selain yang telah kusiapkan untuk membayar utangku." (HR Muslim)
Dalam riwayat Abu Dzar RA dijelaskan bagaimana sikap yang akan dilakukan Nabi Muhammad SAW ketika beliau punya harta kekayaan berlimpah. Abu Dzar meriwayatkan bahwa pada suatu senja, dia berjalan bersama Rasulullah SAW di tanah berbatu-batu hitam sambil memandangi bukit Uhud.
Lalu tiba-tiba Nabi SAW memangil Abu Dzar, "Ya, Abu Dzar!" Dijawab, "Hamba, ya Rasulullah!"
Kemudian Nabi SAW bersabda, "Tidaklah akan membahagiakanku, bila bukit Uhud itu menjadi emas bagiku, hingga di hari ketiganya emas itu masih tersisa di tanganku satu dinar selain satu dinar yang telah kusediakan untuk membayar utang.
Aku akan memanggil para hamba Allah, lalu kukatakan kepada mereka, 'Ini.. ini', sambil meraih ke depan, ke kanan dan ke kiri, (seolah beliau sedang berbagi-bagi)."
Masih berlanjut di riwayat yang sama, Abu Dzar RA berjalan bersama Nabi Muhammad SAW. Lalu beliau SAW memanggilnya kembali, "Wahai, Abu Dzar!" Dijawab oleh Abu Dzar, "Hamba, wahai Rasulullah!"
Lantas beliau SAW bersabda, "Orang-orang kaya yang menumpuk-numpuk harta, pada hari kiamat kelak mereka miskin, kecuali orang-orang yang berkata, 'Ini! Ini! Ini! (membagi-bagikan hartanya) seperti yang telah dilakukan Nabi SAW." (HR Muslim)
Dari hadits tersebut, dapat dipahami bahwa kebahagiaan bagi Nabi Muhammad SAW bukanlah bersumber dari harta kekayaan. Hadits itu juga berisi pesan agar setiap Muslim tidak menumpuk-numpuk harta agar selamat di hari kiamat kelak. Orang kaya yang baik, seperti kandungan dalam hadits tersebut, adalah mereka yang senang berbagi.