REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Seringkali tantangan muncul, menghalangi kita mencapai impian besar dan visi besar yang ingin kita wujudkan.
Kita terjebak, melambat dalam perjalanan kita untuk memenuhi potensi kita dan menjalani hidup dengan tujuan dan semangat.
Beberapa tahun terakhir ini telah menjadi contoh besar dari sikap dikesampingkan oleh hampir semua orang.
Tantangan untuk mencapai impian kita sering kali datang dalam bentuk kehilangan atau kerugian. Dalam Alquran, Tuhan memberi tahu kita:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَالْعَصْرِۙ
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ
Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran. (QS Al-Asr Ayat 1-3).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (QS Al-Baqarah Ayat 155)
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa manusia secara alamiah akan mengalami semacam kehilangan sepanjang hidupnya.
Ada yang kehilangan kesehatan, ada yang kehilangan kekayaan, ada yang kehilangan orang-orang tercinta, ada juga yang kehilangan barang-barang yang dicintai.
Apakah kehilangan tersebut merupakan karier atau impian atau dalam beberapa kasus ekstrim, keamanan dan kebebasan.
Bisa dibilang, jika kerugian ini tidak dikelola dengan baik, maka kerugian tersebut bisa menjadi kerugian besar.
Kita bisa kehilangan hubungan yang kuat dengan Allah, kebahagiaan di akhirat, serta kedamaian dan kepuasan di dunia.
Kehilangan dan Kerugian Tidak Bisa Dihindari
Jadi pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mengatasi kehilangan atau kerugian yang tidak bisa dihindari ini?
Bagaimana kita dapat melanjutkan hidup kita untuk memenuhi tujuan akhir kita dan menjaga hubungan yang kuat dengan Allah?
Bagaimana kita dapat menyembuhkan luka-luka tersebut dan mengatasi kekhawatiran tersebut sehingga kita dapat menjalani hidup sepenuhnya?
Bukankah kita ingin menjadi diri kita sendiri, melakukan apa yang kita bisa untuk membuat perbedaan positif di dunia?
Pertama, ada baiknya untuk mengingat bahwa kehilangan atau kerugian adalah bagian alami dari kehidupan. Semuanya bersifat sementara, berlalu, dan sementara.
Kita bisa merasakan kesedihan dan kesakitan yang luar biasa, namun kita juga bisa merasakan kegembiraan dan kelegaan yang luar biasa. Allah SWT memberitahu kita sekali lagi.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَاَنَّ اِلٰى رَبِّكَ الْمُنْتَهٰىۙ
وَاَنَّهٗ هُوَ اَضْحَكَ وَاَبْكٰى
وَاَنَّهٗ هُوَ اَمَاتَ وَاَحْيَاۙ
Bahwa sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu), bahwa sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, bahwa sesungguhnya Dialah yang mematikan dan menghidupkan, (QS An-Najm Ayat 42-44)
Kesehatan, kekayaan, dan orang-orang yang kita kasihi semuanya adalah berkah dan anugerah. Mereka milik Allah dan Dia meminjamkannya kepada kita untuk beberapa waktu.
Kita cenderung melupakan apa itu karunia-karunia. Kita akhirnya terikat pada anugerah itu dan bukan pada Dia yang memberkati kita dengan anugerah itu, bahkan ketika Dia, dalam rahmat-Nya yang tak terhingga, memilih untuk mengambil anugerah itu.
Kita tahu bahwa bagi orang mukmin, diuji atau diberkati adalah kesempatan untuk bersabar dan bersyukur.