REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH --Sejumlah hadits menguraikan kondisi di akhir zaman, yang dijelaskan dengan gamblang oleh Rasulullah SAW. Hadits-hadits ini menyiratkan banyak pelajaran dan pesan penting bagi umat Islam.
Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, sebagaimana berikut ini:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قالَ: قالَ رَسُولُ اللَّه -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم-: «والذي نفسي بيده لا تذهب الدنيا حتى يمر الرجل على القبر، فَيَتَمَرَّغَ عليه ويقول: يا ليتني كنت مكان صاحب هذا القبر، وليس به الدِّينُ، ما به إلا البلاء».
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, dunia ini tidak akan lenyap (Kiamat) sampai ada seorang laki-laki yang melewati kuburan, lalu dia berhenti di hadapannya sambil berkata, 'Andai aku menjadi penghuni kuburan ini', sementara ia tidak memiliki agama kecuali kesengsaraan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Pesan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa di akhir zaman, seseorang akan melihat kuburan lalu dia menjatuhkan dirinya ke tanah tersebut dan berguling-guling.
Itu karena dia menginginkan berada di tempat orang yang telah meninggal tersebut. Dia merasa iri dan berharap bisa menjadi penghuni kuburan. Ini karena ia merasa begitu berat menghadapi beban hidup dunia, cobaan dan masalah-masalah duniawi serta kesengsaraan yang menimpanya.
Orang tersebut beranggapan bahwa dengan mati maka ia akan terbebas dari kesengsaraan dunia. Pada prinsipnya, hadits tersebut tidak dimaksudkan agar seseorang menginginkan kematian, tetapi justru untuk mengingatkan apa yang akan terjadi di akhir zaman sebagai sebuah peringatan.
Hal tersebut mengajarkan kepada seorang Muslim untuk bersabar dan teguh dalam menghadapi segala cobaan yang datang. Ambil hikmah bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, dan masalah di dunia adalah bagian dari ujian kehidupan yang harus lalui.
Jalani hidup ini dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan iman. Segala kesulitan yang kita alami adalah bagian dari ujian yang akan mengantarkan kita menuju kebahagiaan abadi di akhirat.
Dari hadits itu pula, diketahui bahwa akhir zaman adalah masa di mana ujian dan cobaan akan meningkat secara signifikan. Salah satu tanda dari kondisi ini adalah ketika seseorang merasa begitu terbebani oleh kesulitan hidup hingga ia mulai berharap untuk mati.
Namun, keinginan untuk mati ini tidaklah disebabkan oleh alasan keagamaan, melainkan karena merasa berat menanggung beban kehidupan dan kesengsaraan dunia.
Dalam Islam, mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk akhirat adalah bagian penting dari ibadah. Salah satu cara untuk mengingat kematian adalah dengan mengunjungi kuburan atau ziarah kubur.
Dengan ziarah, seorang Muslim diingatkan akan kefanaan dunia dan pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian. Sekaligus menjadi momen refleksi, untuk memperhitungkan perbuatan dan mengambil pelajaran dari kehidupan yang telah berlalu.
Adapun dalam konteks meningkatnya kejahatan, dosa, dan banyaknya penderitaan di akhir zaman, seorang Muslim harus menjaga keimanan dan keteguhan hati. Jika cobaan dunia ini muncul dan penderitaannya semakin berat sehingga hamba itu merasa tidak mempunyai kekuatan untuk menanggungnya, maka hendaknya berkata:
اللهم أحيني ما دامت الحياة خيراً لي، وتوفني إذا كانت الوفاة خيراً لي
Latin: “Allahumma ahyini ma damatil hayatu khairan li wa tawaffani ma damal wafatu khairan li.”
Artinya: “Ya Tuhan, hidupkan aku selama hidup itu baik untukku, dan matikan aku jika kematian itu baik untukku."
Dalam situasi seperti ini, kita perlu memperkuat iman dan menguatkan hubungan kita dengan Allah SWT. Juga perlu mengambil pelajaran dari kisah-kisah dalam sejarah Islam dan mengambil inspirasi dari keteguhan hati para sahabat dalam menghadapi cobaan. Dengan demikian, kita dapat menghadapi masa-masa sulit di akhir zaman dengan iman yang kuat.