Hadirin rahimakumullah
Perjalanan dakwah Nabi Ibrahim di bulan Dzulhijjah menarik untuk diambil hikmah karena ketaatan dan kepasrahannya mengorbankan putra kesayangannya. Di samping itu, ada tiga siasat Nabi Ibrahim dalam memperjuangkan agama Allah sekaligus menjaga keselamatan dirinya.
Pertama, siasat Nabi Ibrahim saat hendak menghancurkan berhala kaumnya, sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Quran:
وَتَاللّٰهِ لَاَكِيْدَنَّ اَصْنَامَكُمْ بَعْدَ اَنْ تُوَلُّوْا مُدْبِرِيْنَ
Artinya, “Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya,” (Q.S. al-Anbiya [21]: 57).
Dalam menjalankan siasatnya, Nabi Ibrahim memilih berada di rumah dan mengaku sakit saat diajak kaumnya ke tempat peribadatan mereka yang penuh dengan berhala. Pengakuan itu pun diabadikan Al-Quran:
فَقَالَ إِنِّى سَقِيمٌ
Artinya, “Kemudian ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sakit,’” (Q.S. al-Shaffat [37]: 89).
Menurut al-Qusthulani dalam Irsyâd al-Sârî Syarh Shahîh al-Bukhari, yang dimaksud “Aku sakit” dalam pernyataan Nabi Ibrahim a.s. pada ayat di atas bukan sakit secara fisik, melainkan sakit batin karena melihat kaumnya yang terus bercokol dalam kekufuran dan kesyirikan.
Baca halaman selanjutnya...