Kamis 02 May 2024 09:24 WIB

Jika Tangisan Adalah Manusiawi, Bagaimana Hakikat Menangis Menurut Alquran?

Alquran menganggap tangisan adalah karena Allah SWT

Rep: Rahmat Fajar / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi menangis. Alquran menganggap tangisan adalah karena Allah SWT
Foto: ANTARA
Ilustrasi menangis. Alquran menganggap tangisan adalah karena Allah SWT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Menangis merupakan fitrah manusia yang tak bisa dibendung, terutama saat dilanda oleh kesedihan. Misalnya ketika seseorang kehilangan orang dicintainya karena meninggal. Banyak yang tak bisa menahan tangisannya.

Namun menangis sebenarnya mempunyai makna yang lebih mendalam dan hubungannya dengan Allah SWT. Dalam buku "Tertawa Ala Nabi Muhammad" karya Nasir bin Muhammad bin Ibrahim as-Samarqandi dan Usman bin Hasan asy-Syakir menjelaskan tentang menangis dalam pandangan Alquran. Menangis dalam pandangan Alquran berkaitan dengan Allah SWT.

Baca Juga

Beberapa ayat Alquran telah memerintahkan manusia agar menangis baik secara tegas atau secara tidak langsung. Di antaranya terdapat dalam Surat al-Hasyr ayat 18 yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Yā ayyuhal-lażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad(in), wattaqullāh(a), innallāha khabīrum bimā ta‘malūn(a).

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

Ayat tersebut memang secara tidak tegas memerintahkan manusia menangis. Namun secara tersirat agar menangis karena mengingat masalah akhirat. Karena barang siapa yang tidak ingat terhadap dosa-dosanya di masa lalu maka ayat berikutnya pada Surat yang sama yakni al-Hasyr ayat 19 disebut sebagai orang-orang fasik. Perintah menangis tidak secara terangan-terangan juga terdapat pada Surat at-Tur ayat 7-11:

اِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ لَوَاقِعٌۙ(7)مَّا لَهٗ مِنْ دَافِعٍۙ(8)يَّوْمَ تَمُوْرُ السَّمَاۤءُ مَوْرًاۙ(9)وَّتَسِيْرُ الْجِبَالُ سَيْرًاۗ(10)فَوَيْلٌ يَّوْمَىِٕذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَۙ(11)

Inna ‘ażāba rabbika lawāqi‘(un). Mā lahū min dāfi‘(in). Yauma tamūrus-samā'u maurā(n). Wa tasīrul-jibālu sairā(n). Fawailuy yauma'iżil lil-mukażżibīn(a).

Artinya: "Sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menolaknya. (Azab Tuhanmu terjadi) pada hari (ketika) langit berguncang sekeras-kerasnya, dan gunung-gunung bergerak dengan dahsyat. Maka, pada hari itu celakalah orang-orang yang mendustakan,"

Beberapa ayat Alquran juga ada yang menyebutkan secara tegas menangis, khususnya ketika mengingat dosa-dosanya. Dan Allah SWT tidak senang terhadap manusia yang bersenang-senang di dunia dan tertawa-tawa. Sebagaimana dalam Surat at-Taubah ayat 82:

فَلْيَضْحَكُوْا قَلِيْلًا وَّلْيَبْكُوْا كَثِيْرًاۚ جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Falyaḍḥakū qalīlaw walyabkū kaṡīrā(n), jazā'am bimā kānū yaksibūn(a).

Artinya: "Maka, biarkanlah mereka tertawa sedikit (di dunia) dan menangis yang banyak (di akhirat) sebagai balasan terhadap apa yang selalu mereka perbuat."

Ayat ini menunjukkan Allah tidak senang terhadap mereka yang suka tertawa. Sebab mereka menunjukkan tidak mempunyai kesedihan masalah hari kiamat dan tidak merasa bahwa dunia ini hanya harta pembujuk.

photo
Lima momentum Rasulullah menangis. - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement