Jumat 12 Apr 2024 12:11 WIB

Masa Ketika Imam Bukhari Dizalimi, Kitab Shahih Haditsnya pun Dicerca

Imam Bukhari merupakan ulama ahli hadits.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Arsitektur di makam Imam Bukhari.
Foto: Orexca
Arsitektur di makam Imam Bukhari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Bukhari adalah salah satu tokoh besar dalam bidang hadits, yang ternyata dalam mengarungi hidupnya, pernah dizalimi oleh penguasa pada masa itu. Imam Bukhari wafat pada 1 September 870 M, bertepatan dengan 1 Syawal 256 H.

Dia pernah mengalami penderitaan dan perlakuan tidak adil, baik saat masih hidup maupun setelah meninggal. Pernah diusir dari kota Nishapur karena beberapa orang merasa iri terhadap popularitas dan pengaruhnya.

Baca Juga

Sebab banyak orang tertarik dan berkumpul di majelis Imam Bukhari, yang menimbulkan kecemburuan dari beberapa tokoh lain yang merasa tersaingi. Salah satunya Muhammad bin Yahya al-Dzuhli. Dia pernah menghadiri majelis Imam Bukhari dan kemudian meminta beberapa ahli hadits untuk bertemu dengan Bukhari dan mendengar pendapatnya.

Pada saat itu, Bukhari berkata, "Lafaz Alquran itu bukanlah makhluk." Masa itu adalah era Dinasti Abbasiyah di bawah kepemimpinan Al-Makmun dengan pemikiran Muktazilahnya. Saat itu muncul pemikiran bahwa Alquran adalah makhluk.

Bagi kelompok Muktazilah, Alquran adalah makhluk dan bukan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pemikiran inilah yang diikuti oleh Khalifah Al-Makmun. Akibatnya, pemikiran tersebut dipaksakan untuk disebarluaskan. Bahkan hakim yang tidak mengikuti keyakinan tersebut, dipecat. Banyak ulama yang menentang pemikiran itu. Salah satunya Imam Ahmad bin Hanbal yang kemudian akibat penolakannya, dia pun dimasukkan ke dalam penjara.

Tidak terkecuali Imam Bukhari. Dia berkali-kali mendapat tuduhan miring untuk menjatuhkan ketokohannya.

Salah satu tuduhan yang diarahkan kepada Imam Bukhari adalah tuduhan bahwa perjalanan Imam Bukhari ke Baghdad, Makkah dan Mesir, itu terlalu singkat sehingga tidak ada cukup waktu untuk mendengar dari semua perawi dan menyusun sebagian besar hadits yang melebihi setengah juta hadits.

Menanggapi tuduhan tersebut, Imam Bukhari pernah mengatakan:

"دخلت إلى الشام ومصر والجزيرة مرتين، وإلى البصرة أربع مرات، وأقمت بالحجاز ستة أعوام، ولا أُحصى كم دخلت إلى الكوفة وبغداد مع المحدثين"

"Aku memasuki Syam, Mesir, dan Jazirah itu dua kali. Dan Basrah empat kali, dan aku tinggal di Hijaz selama enam tahun. Dan aku tidak bisa menghitung berapa banyak memasuki Kufah dan Baghdad bersama para ulama hadits."

Tuduhan lain yang dilontarkan kepada Imam Bukhari, yaitu hadits yang diriwayatkannya didasarkan pada sembilan riwayat antara dia dan Nabi Muhammad SAW. Sehingga memperbesar kemungkinan kelupaan, kebohongan dan pemalsuan.

Terhadap tudingan itu, beberapa peneliti menanggapinya dan menyampaikan bahwa sanad (rantai perawi) terpanjang dalam hadits riwayat Bukhari adalah sanad Tasa'i, yaitu pada hadits yang diriwayatkan dari jalur Zainab binti Jahsy, bahwa Nabi Muhammad SAW datang kepadanya dengan gemetar sambil berkata:

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement