Selasa 09 Apr 2024 15:17 WIB

Hadits-Hadits Ini Terangkan Kejadian Gerhana pada Masa Rasulullah SAW

Gerhana matahari adalah salah satu tanda kebesaran Allah SWT

Rep: Mabruroh / Red: Nashih Nashrullah
Gerhana matahari total terjadi di benua Amerika Utara pada Senin (8/4/2024), bisa disaksikan di Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada.
Foto: Tangkapan Layar/VOA
Gerhana matahari total terjadi di benua Amerika Utara pada Senin (8/4/2024), bisa disaksikan di Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sholat khusuf ialah sholat sunnah yang dikerahkan ketika terjadinya gerhana bulan atau gerhana matahari. Hukum sholat khusuf adalah sunnah mua’kadah artinya sunnah yang sangat dianjurkan Rasulullah SAW.

Fenomena gerhana oleh masyarakat adam seringkali dikaitkan dengan statu peristiwa yang sedang atau akan terjadi di sekitarnya. Padahal semua ini hanyalah mitos belaka. 

Baca Juga

Sebagaimana disebutkan Rasulullah SAW, bahwa terjadinya gerhana sebagai tanda kebesaran dan keagungan Allah SWT. Berikut ini hadits-hadits yang terkait dengan gerhana

اِنْكَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ النَّاسُ : اِنْكَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيْمَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوْا حَتَّى تَنْكَشِفَ

Artinya: "Pada zaman Rasulullah SAW pernah terjadi gerhana matahari, yaitu pada hari kematian Ibrahim. Lalu orang-orang berkata, terjadi gerhana matahari lantaran kematian Ibrahim. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian dan kehidupan seseorang. Jika kalian melihat keduanya (mengalami gerhana), berdoalah kepada Allah dan shalatlah hingga kembali seperti semula." (HR Al- Bukhari dan Muslim)

لَمَّا كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُول اللَّهِ  نُودِيَ : إِنَّ الصَّلاَةَ جَامِعَةٌ

“Dari Abdullah bin ‘Amr beliau berkata, “Ketika matahari mengalami gerhana di masa Rasulullah, orang-orang dipanggil sholat dengan lafadz Ash-Shalaatu Jaami’ah: berkumpullah untuk sholat.” (HR Bukhari)

اِنْحَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا نَحْوا مِنْ قِرَاءَةِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طويلاً ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طويلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّل ثم رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُوْنَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً وَهُوَ دُونَ الرَّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيْلاً وَهُوَ دُونَ الرَّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ سَحَدَثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ تَجَلَّتِ الشَّمْسُ فَخَطَبَ النَّاسَ

Artinya: "Terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW, maka beliau shalat. Beliau berdiri sangat lama sekitar lamanya bacaan surah Al-Baqarah, kemudian rukuk dengan lama, lalu bangun dan berdiri lama pula, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan berdiri yang pertama. Kemudian beliau rukuk dengan lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan rukuk yang pertama. Lalu beliau sujud, dan kemudian berdiri lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan berdiri yang pertama. Lalu beliau rukuk dengan lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan rukuk yang pertama. Kemudian, beliau bangun dan berdiri lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan berdiri yang pertama. Lalu beliau rukuk lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan rukuk yang pertama. Kemudian beliau mengangkat kepala, lalu sujud, sehingga selesailah dan matahari telah terang. Lalu beliau berkhutbah di hadapan orang-orang." (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Hadits yang diriwayatkan Muslim tersebut diatas memerintahkan kepada umat Muslim untuk melaksanakan sholat, berdoa dan bersedekah ketika melihat gerhana. Hadits ini senada dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud sebagai berikut: 

Dari Aisyah RA bahwa Nabi SAW bersabda, “Matahari dan bulan tidak gerhana karena matinya seseorang dan tidak pula karena kehidupannya. Apabila kamu mengetahuinya, maka berdoalah kepada Allah Azza Wajalla, bertakbirlah dan bersedekahlah,” kata dia.

Sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari ini, membolehkan wanita shoot berjamaah bersama kaum laki-laki. Dari Asma` binti Abi Bakr, beliau berkata:

أَتَيْتُ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – زَوْجَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ يُصَلُّونَ ، وَإِذَا هِىَ قَائِمَةٌ تُصَلِّى فَقُلْتُ مَا لِلنَّاسِ فَأَشَارَتْ بِيَدِهَا إِلَى السَّمَاءِ ، وَقَالَتْ سُبْحَانَ اللَّهِ . فَقُلْتُ آيَةٌ فَأَشَارَتْ أَىْ نَعَمْ

“Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan shalat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: “Kenapa orang-orang ini?” Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, “Subhanallah (Mahasuci Allah)”. Saya bertanya: “Tanda (gerhana)?” Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.” (HR Bukhari no 1053)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement