Senin 01 Apr 2024 08:42 WIB

6 Soal dan Jawabannya Ini Ungkap Relasi Sapi Merah, Masjid Al-Aqsa, dan Rencana Zionis

Yahudi ekstremis mempercayai mitos sapi merah untuk robohkan Al-Aqsa

Rep: Umar Mukhtar, Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Yahudi ekstremis. Yahudi ekstremis mempercayai mitos sapi merah untuk robohkan Al-Aqsa
Foto: AP/Ariel Schalit
Ilustrasi Yahudi ekstremis. Yahudi ekstremis mempercayai mitos sapi merah untuk robohkan Al-Aqsa

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Kabar tentang Konferensi Sapi Merah di Shilo, sebuah daerah pemukiman ilegal Israel di dekat Kota Nablus, Palestina, kembali menggemparkan.  

Pada Rabu (27/3/2024) pekan ini, puluhan warga dan Rabi Israel berkumpul dalam sebuah konferensi di Shilo, mendiskusikan ritual kurban sapi merah.

Baca Juga

Sementara, di sebuah bukit di Tepi Barat, lima ekor sapi merah jenis Angus yang sebelumnya diimpor dari Texas, Amerika Serikat, ditempatkan di sebuah kandang tengah mengunyah jerami. Sapi-sapi itu, jika nantinya sudah cukup umur, akan dijadikan kurban sebagai bagian dari ritual menyongsong datangnya sang Mesiah.

Republika.co.id membeberkan beberapa fakta seputar sapi merah melalui soal dan jawabannya yang dikutip dari berbagai sumber sebagai berikut: 

1. Lima sapi merah untuk apa dan bagaimana ritualnya? 

Merujuk pada tradisi Yahudi, abu hasil dari pembakaran sapi merah dibutuhkan dalam ritual pemurnian yang akan menjadi jalan dibangunnya Kuil Ketiga di Yerusalem. Kuil itu, menurut keyakinan kelompok Yahudi radikal, harus dibangun di atas dataran tinggi di Kota Tua Yerusalem, di mana lokasi persisnya terletak Bukit Bait Suci, di titik Masjid Al-Aqsa dan Dome of the Rock kini berdiri. Mereka percaya, kuil itu menjadi salah satu syarat datangnya Mesiah turun ke bumi.

2. Dari manakah asal tradisi dan kepercayaan sapi merah?  

Temple Institute menjelaskan bahwa sapi dara berwarna merah itu datang ketika persiapan meletakkan dasar bagi pembangunan Kuil Ketiga di Yerusalem. Hal ini dilaporkan The Jerusalem Post pada September 2022.

Sapi merah pertama kali disebutkan dalam Kitab (19:3) yang dipercaya Yahudi Israel. Teks kitab itu berbunyi, "Ketika Tuhan memberi tahu Musa dan Harun, 'Inilah hukum ritual yang diperintahkan Tuhan: Perintahkan orang Israel untuk membawakanmu seekor sapi merah tanpa cacat, yang tidak ada di dalamnya cacat dan tidak ada kuk yang dipasang padanya'.”

Kitab Taurat selanjutnya menjelaskan bagaimana sapi diolah dan dibakar serta abunya dicampur ke dalam air yang disucikan. Mereka yang menjadi najis karena menyentuh mayat manusia akan disucikan dengan cara memercikkan air bercampur abu tersebut dua kali. 

Yakni tiga hari sekali setelah mereka bersentuhan dengan mayat tersebut, dan yang kedua tujuh hari setelah mereka kontak dengan mayat.

Kitab Taurat menceritakan bahwa seekor lembu merah dibawa ke Imam Elazar, putra Harun, dan diolah untuk dijadikan abu untuk ritual tersebut. Menurut Talmud, abu tersebut digunakan sejak saat itu hingga akhir periode Kuil Pertama. Selama periode Kuil Kedua, lima hingga tujuh sapi dara merah lainnya dibakar untuk dijadikan abu. 

Maimonides menulis dalam ringkasan hukum Yahudi, Mishneh Torah (Laws of the Red Heifer, 3:4), bahwa sapi merah berikutnya akan dibawa oleh Mesias.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement