Rabu 13 Mar 2024 23:14 WIB

Jika Ulama Meninggal, Lantas Siapa yang akan Jadi Panutan?

Para ulama adalah pewaris Risalah kenabian

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Santri belajar ke ulama. Para ulama adalah pewaris Risalah kenabian
Foto: ANTARA FOTO/Syaiful Arif
Santri belajar ke ulama. Para ulama adalah pewaris Risalah kenabian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Umat Islam kembali dilanda kesedihan dengan wafatnya seorang ulama. Kali ini, umat Islam menumpahkan air matanya karena Pimpinan Majelis Nurul Musthofa Habib Hasan bin Jafar Assegaf meninggal dunia pada Rabu (13/3/2024). Habib Hasan bin Ja'far meninggal di usia 47 tahun.

Habib Hasan dikenal publik karena keaktifannya di Majelis Nurul Musthofa yang dia dirikan pada tahun 2000. Wafatnya habib dan ulama ini tentu merupakan kabar duka yang sangat dirasakan umat Islam.

Baca Juga

Wafatnya para ulama mempunyai arti yang sangat berarti dan krusial. Kematian ulama bahkan disebutkan Rasulullah SAW sebagai awal tercerabutnya ilmu di muka bumi.

Ilmu di muka bumi ini lambat laun akan dicabut, sehingga muncullah orang-orang yang tidak memiliki keilmuan agama yang kompeten dan kemudian menyesatkan umat.

Ketika para ulama tidak ada, akhirnya mereka mengangkat pemimpin-pemimpin bodoh. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا. 

Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari hamba-Nya (seketika), akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mencabut para ulama, sehingga ketika Allah tidak menyisakan satu pun dari ulama, maka manusia mengangkat pemimpin-pemimpin bodoh, mereka ditanya kemudian memberikan fatwa tanpa didasari ilmu (brutal), maka mereka sesat dan menyesatkan." (HR Bukhari).

Dilansir dari laman Kemenag NTB, ulama merupakan sandaran umat, harapan umat sebagai tempat meminta nasihat dan petunjuk. Wafatnya para ulama merupakan sebuah musibah. Ketika para ulama sudah tidak ada, siapa yang kemudian akan menjadi panutan umat?

Sebagaimana ungkapan dari sebagian ulama salaf bahwa sebaik-baik pemberian adalah akal dan seburuk-buruk musibah adalah kebodohan.

Jika seorang ulama tak ada lagi, maka umat akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai panutan, yang memberikan fatwa dengan tanpa ilmu dan pemahaman yang benar.

Tidak hanya itu, wafatnya para ulama juga sebagai tanda-tanda akan semakin dekatnya hari kiamat. Karena, ketika ilmu sudah diangkat dari muka bumi dan kemudian timbul kebodohan dan akhirnya kebatilan merajalela, maka itulah awal dari kehancuran. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

ﻣﻦ ﺃﺷﺮﺍﻁ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ ﺃﻥ ﻳُﺮْﻓَﻊَ ﺍﻟﻌﻠﻢ، ﻭﻳَﺜْﺒُﺖَ ﺍﻟﺠﻬﻞُ “Termasuk tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan teguhnya kebodohan”. (HR Bukhari)

Imam Ath Thabrani yang diriwayatkan oleh kitab Al-Mu’Jam Al-Kabir dan diriwayatkan Al Baihaki kitab Sya’b Al-Iman dari Abu Darda. Berikut redaksi haditsnya:

مَوْتُ الْعَالِمِ مُصِيبَةٌ لا تُجْبَرُ ، وَثُلْمَةٌ لا تُسَدُّ , وَنَجْمٌ طُمِسَ ، مَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسَرُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ

“Meninggalnya seorang ulama adalah musibah yang tak tergantikan, sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal, laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih ringan dari meninggalnya satu orang ulama.” (HR Ath Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan Al Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement