Kamis 07 Mar 2024 22:59 WIB

Mengapa Alquran Jadi Mukjizat Terbesar Rasulullah SAW Sepanjang Masa?

Alquran mempunyai banyak aspek kemukjizatan

Alquran (ilustrasi). Alquran mempunyai banyak aspek kemukjizatan
Foto: Republika.co.id
Alquran (ilustrasi). Alquran mempunyai banyak aspek kemukjizatan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Allah SWT menganugerahi para Rasul-Nya mukjizat yang luar biasa untuk mengukuhkan kedudukan mereka, mukjizat yang sesuai dengan kondisi kaum mereka. 

Pada masa Rasulullah SAW, akal manusia mulai memasuki fase penyempurnaan. Manusia mulai meniti jalan menuju kematangan pola pikir. Kala itu bangsa Arab dikenal sebagai bangsa yang andal di bidang syair dan sastra, fasih dan lugas dalam berbahasa. 

Baca Juga

Kegemilangan mereka di bidang ini mencapai puncaknya pada masa Nabi. Derajat satu kabilah akan naik bila mereka memiliki seorang penyair atau orator ulung. Jika mereka tidak memilikinya, mereka dianggap tak ada. 

Karena itulah Allah SWT mengukuhkan kenabian Rasulullah SAW dengan sebuah mukjizat yang menakjubkan, Alquran. Kitab suci yang tidak mengandung kebatilan, sebuah kitab yang membawa kabar gembira dan peringatan. 

Rasulullah SAW pun menyeru bangsa Arab agar mengimaninya. Namun sebagian besar dari mereka meragukan, bahkan menolaknya sehingga Alquran menentang mereka untuk membuat satu ayat yang serupa dengannya. 

فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ مِثْلِهِ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ

Artinya: “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.” (QS At Tur ayat 34). 

Nyatanya mereka tidak mampu. Padahal mereka adalah bangsa yang paling fasih berbahasa Arab. Bahkan di kalangan pemuka mereka ada yang mengaku lebih tinggi dan lebih hebat dari manusia mana pun. Lantas rahasia apakah yang terdapat dalam mukjizat Rasulullah SAW ini? 

Dikutip dari Mausu’ah Al I’Jaz Al Qurani karya Nadiah Thayyarah dan diterjemahkan menjadi Buku Pintar Sains Dalam Alquran: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah oleh penerjemah M Zainal Arifin dkk, penerbit Zaman pada 2013 halaman 15-18), dijelaskan yaitu yang pertama, sebelum Nabi Muhammad diutus, akal manusia lebih cenderung kepada fenomena-fenomena indrawi dan materi ketimbang ilmu pengetahuan. 

Selanjutnya, seiring perjalanan waktu, barulah akal manusia bergerak menuju kesempurnaan pola pikir. Oleh sebab itu tepat sekali jika Alquran lebih dekat kepada rasionalitas ketimbang fenomena indrawi. 

 

 

 

 

sumber : Dokumentasi Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement