Alquran Ungkap 3 Jenis Bukti Adanya Allah SWT yang Banyak Diingkari Orang-Orang Kafir

Alquran membahas masalah penciptaan dengan cara yang unik, dan memusatkan perhatian pada mengarahkan pikiran untuk mempertimbangkan cakrawala alam semesta dan banyak tanda-tanda Tuhan, dan menyerukan pikiran untuk bangun dari tidurnya, untuk merenungkan kerajaan langit dan bumi serta tanda-tanda yang ada di dalamnya.

Alquran mengulangi hal ini dengan berbagai cara, agar orang tersebut dapat melihat dan mendengar di cakrawala alam semesta apa yang membuatnya beriman kepada Penciptanya, Mahasuci, dan mengetahui bahwa alam semesta ini diciptakan Allah SWT, Sang Pencipta dan Pengendali, yang berhak disembah sendirian dan tidak ada sekutunya.

2. Dalil fitrah atau naluri

Menurut ajaran Islam, manusia terlahir dengan naluri yang sesuai dengan Islam dan meyakini keberadaan Tuhan. Naluri ini disebut fitrah, yang didefinisikan sebagai keadaan asal yang murni dalam diri manusia yang mengarahkannya untuk mengakui kebenaran akan keberadaan Tuhan dan mengikuti petunjuk-Nya.

Jika keadaan asal ini kemudian tidak dirusak dengan keyakinan menyimpang dari lingkungannya, manusia bisa melihat kebenaran Islam dan memeluknya.

Mengenal Sang Pencipta, dan mengakui keberadaan-Nya Yang Mahamulia dan Mahatinggi, serta Ketuhanan-Nya, merupakan suatu hal intuitif yang ditanamkan dalam jiwa manusia dan fitrahnya.

Jika seseorang ditinggalkan di tempat kosong yang tidak ada siapa pun, jauh dari segala pengaruh luar dan dari segala ketidakmurnian doktrin, ia akan mampu, berdasarkan kodratnya, untuk mengetahui bahwa alam semesta ini mempunyai Pencipta, penguasa dan pengatur segala urusan. Kemudian, secara kodrat, dia berpaling pada cinta Penciptanya.

Dari sini kita mengetahui bahwa kaum atheis yang mengingkari keberadaan Sang Pencipta, hanya berasal dari penyimpangan fitrahnya, dan dari pengaruh setan terhadap dirinya, serta manipulasinya terhadap mereka.

Bukti alam ini ditunjukkan Alquran yang Mulia dan hadits Nabi. Allah SWT berfirman:

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Artinya: "Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Ar-Rum [30]:30)

Alam yang dimaksud di sini adalah Islam, karena Tuhan Yang Mahaesa menciptakan manusia dengan agama Islam dan tauhid. Rasulullah SAW bersabda:

ما مِنْ مولودٍ إلا يولدُ على الفِطْرَةِ، فأبواه يهوّدانِهِ، أو ينصّرانِهِ أو يمجِّسانِهِ، كما تُنْتِجُ البهيمةُ بهيمةً جمعاء، هل تحسّون فيها مِنْ جَدْعاء؟

“Tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan tidak sesuai dengan fitrahnya, lalu orang tuanya menjadikan dia Yahudi, Majusi, atau Nasrani, sebagaimana halnya seekor binatang menghasilkan binatang yang utuh, apakah kamu merasa takut padanya?" Dan dalam hadits qudsi juga disebutkan:

يقول تبارك وتعالى: إنِّي خَلَقْتُ عبادِي حنفاء كلَّهم، وإنّهم أتتهم الشياطينُ فاجْتالَتْهُم عن دينهم

"Yang Mahakuasa dan Mahatinggi bersabda, “Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku semuanya jujur, dan setan mendatangi mereka dan menyesatkan mereka dari agama mereka.”

Arti dari hunafa' adalah dalam hadits tersebut adalah orang-orang yang condong dari semua agama kepada agama Islam. Sedangkan makna kalimat Ajtalathum adalah kamu meremehkan mereka, maka mereka mengembara bersama mereka ke dalam kesesatan.

Karena pentingnya naluri...