Kamis 08 Feb 2024 07:42 WIB

Setelah Berkali-kali Menolak, Israel Pelajari Tawaran Gencatan Senjata Hamas

Tawaran Hamas merupakan tanggapan dari proposal yang dikirimkan mediator negosiasi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Warga menyaksikan helikopter tentara Israel yang membawa warga Israel yang disandera Hamas di helipad Schneider-Childrens Medical Center di Petah Tikva, Israel, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Warga menyaksikan helikopter tentara Israel yang membawa warga Israel yang disandera Hamas di helipad Schneider-Childrens Medical Center di Petah Tikva, Israel, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hamas mengusulkan gencatan senjata tanpa senjata api di Gaza selama empat setengah bulan, sepanjang periode tersebut kelompok perjuangan pembebasan Palestina itu membebaskan sisa sandera yang diambil dari Israel pada 7 Oktober lalu.

Hamas juga meminta Israel menarik pasukannya dari Gaza dan kesepakatan yang akan mengakhiri perang.

Baca Juga

Juru bicara pemerintah Israel mengatakan Israel mempelajari tawaran tersebut. Perdana Menteri dilaporkan akan menggelar konferensi pers, Rabu (8/2/2024).

Stasiun televisi Israel, Channel 13 mengutip pejabat yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan beberapa aspek usulan tersebut tidak dapat diterima. Pejabat Israel sedang memperdebatkan apakah menolak atau mencoba memodifikasi proposal tersebut.

Tawaran Hamas merupakan tanggapan dari proposal yang dikirimkan mediator negosiasi yakni Qatar dan Mesir usai dibahas kepala intelijen Israel dan Amerika Serikat (AS) pekan lalu.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membahas tawaran ini dengan Netanyahu saat tiba di Israel setelah melakukan pembicaraan dengan pemimpin Qatar dan Mesir. Blinken kemudian akan bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah.

Israel menggelar serangan ke Gaza usai serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sudah 27.585 orang dikonfirmasi tewas dalam serangan Israel.

Sementara diperkirakan masih ribuan orang yang tertimbun reruntuhan. Satu-satunya gencatan senjata dalam perang yang sudah berlangsung empat bulan ini dilakukan pada akhir November lalu yang berjalan selama satu pekan.

Terdapat perbedaan besar antara kedua belah pihak: Israel mengatakan tidak akan menarik pasukannya dari Gaza atau mengakhiri perang sampai Hamas berhasil sepenuhnya disingkirkan. Namun sumber mengatakan Hamas mengambil pendekatan berbeda dari sikap lamanya untuk mengakhiri, kini mereka mengusulkan masalah itu dibahas dalam perundingan berikutnya di masa depan dibandingkan syarat gencatan senjata.

Sumber yang mengetahui proses negosiasi mengatakan proposal balasan Hamas tidak mengharuskan jaminan gencatan senjata permanen. Tapi kesepakatan untuk mengakhiri perang harus disepakati sebelum sandera dibebaskan.

Sumber kedua mengatakan Hamas masih meminta Qatar, Mesir dan negara-negara sahabat lainnya untuk memberikan jaminan gencatan senjata akan ditegakan dan tidak akan berakhir setelah sandera dibebaskan.

"Mereka ingin agresi berhenti dan tidak sementara, tidak di mana (Israel) mengambil sandera dan kemudian masyarakat Palestina hidup dalam penderitaan," kata sumber.

"Kami sudah menerima perkembangan terbaru, kami sudah menerima notifikasi dari negosiator Qatar. Kami memeriksanya. Mossad memeriksanya dengan seksama apa yang diberikan pada kami," kata juru bicara pemerintah Israel Avi Hyman.

Anggota politbiro Hamas Ezzat El-Reshiq mengatakan tujuan dari kelompoknya "mengakhiri agresi terhadap rakyat Palestina kami dan mengamankan gencatan senjata yang lengkap dan abadi serta pengiriman bantuan, tempat tinggal sementara dan rekonstruksi." 

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement