REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amanah merupakan tanggung jawab yang berat, terutama bagi pemimpin. Ada konsekuensi besar apabila amanah itu tidak dijalankan dengan baik.
Dia bisa tidak mendapatkan kepercayaan dari banyak orang. Dan kerusakan akan ditimbulkan dengan tidak menjalankan amanat.
Allah Swt juga mengingatkan betapa beratnya memikul amanat. Sebagaimana dalam firman-Nya di Surat al-Ahzab ayat 72:
اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ
Innā ‘araḍnal-amānata ‘alas-samāwāti wal-arḍi fa abaina ay yaḥmilnahā wa asyfaqna minhā wa ḥamalahal-insān(u), innahū kāna ẓalūman jahūlā(n).
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia (manusia) sangat zalim lagi sangat bodoh."
Hamka dalam Tafsir Al-Azhar Seri 7 menjelaskan makna dari surat al-Ahzab ayat 72. Ia menyebut dua ayat terakhir dari surat al-Ahzab ini sebagai ayat amanah. Menurut Hamka, ayat tersebut menjelaskan sebelum amanah yang akan diciptakan Allah Swt dipikul oleh manusia, Sang Pencipta memanggil terlebih dahulu tujuh langit, bumi dan gunung-gunung secara bergiliran untuk menjalankan amanahnya. Tetapi, mereka secara terbuka menolak karena merasa tidak sanggup.
Dan manusia kemudian menyanggupi mengemban amanah yang akan diciptakan Allah. Namun, manusia pada ujungnya tak bisa menjalankan amanah dengan baik. Maka di ujung ayat tersebut, terdapat kalimat "Sesungguhnya mereka amat zalim dan bodoh".
Mengapa manusia disebut zalim dan bodoh?