Senin 05 Feb 2024 18:52 WIB

Alquran Bedakan Kata Wafat dan Mati, Begini Penjelasannya

Kata mati dan wafat mempunyai makna yang berbeda

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi meninggal. Kata mati dan wafat mempunyai makna yang berbeda
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi meninggal. Kata mati dan wafat mempunyai makna yang berbeda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Terdapat perbedaan kata mati (Al Mautu) dan wafat (Al Wafatu) dalam kitab suci Alquran. Allah Subhanahu wa Ta'ala (SWT) berfirman: 

اَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْاَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِيْ قَضٰى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْاُخْرٰىٓ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Baca Juga

Artinya: "Allah menggenggam nyawa (manusia) pada saat kematiannya dan yang belum mati ketika dia tidur. Dia menahan nyawa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir." (QS Az-Zumar [39]:42)

Lalu apa perbedaan antara kata mati dan wafat dalam surat Az-Zumar? Terkait kata Al Wafatu atau wafat, mereka mengatakan bahwa dia memenuhi hartanya dari laki-laki itu, artinya dia menerimanya secara penuh, tidak berkurang, menangkap (menyita) dan mengambilnya.

Maka, jika dikatakan si fulan wafat, maka seolah-olah ruhnya telah diambil, utuh dan tidak berkurang.

Sedangkan Al Mautu atau kematian adalah kepergian dari kehidupan dan tidak mempunyai arti penangkapan atau penyitaan.

Oleh karena itu, kata kematian kadang-kadang digunakan secara kiasan. Misalnya, jika dikatakan bahwa angin telah mati, artinya telah tenang dan mereda. Lalu, dikatakan juga bahwa si fulan mati jika dia tidur dalam keadaan tidur nyenyak.

Jadi, keheningan kematian ini ibarat benda yang keluar dari tubuh manusia karena paradoks kematian, dan orang yang wafat ditangkap oleh malaikat maut.

Ingat mati

Rasulullah ﷺ juga telah mengingatkan kepada umatnya agar senantiasa memperbanyak mengingat pemutus kelezatan. Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :

أكْثِروا ذِكْرَ هاذمِ اللَّذَّاتِ يعني المَوتَ "Perbanyaklah kamu untuk mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian" (HR. Ahmad XV/49, dan At-Tirmidzi no 2307, an-Nasaa'i no 1824 dan Ibnu Majah no 4258, lihat Shahiihul Jaami' no. 1210)

 

Baca juga: Sebutan Istri Nabi Nuh, Luth, Nabi Adam, dan Muhammad SAW Beda dalam Alquran, Mengapa?

Melalui pesan Telegram Ustadz Najmi Umar Bakkar mengungkapkan, Abu Darda' رضي الله عنه berkata :

ﺇﻥ ﻣﻦ ﺃﻛﺜﺮ ﺫﻛﺮ اﻟﻤﻮﺕ ﻗﻞ ﺣﺴﺪﻩ ﻭﺑﻐﻴﻪ "Sesungguhnya seseorang yang banyak untuk mengingat kematian, maka akan sedikit sifat hasadnya, dan akan sedikit pula perbuatan zhalimnya" (Az-Zuhd oleh Imam Ahmad 117). Imam ad-Daqqaq رحمه الله berkata :

مَنْ أَكْثَرَ ذِكْرَ الْمَوْتِ أُكْرِمَ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ : تَعْجِيلِ التَّوْبَةِ وَقَنَاعَةِ الْقَلْبِ وَنَشَاطِ الْعِبَادَةِ ، وَمَنْ نَسِيَهُ عُوقِبَ بِثَلَاثٍ : تَسْوِيفِ التَّوْبَةِ وَتَرْكِ الرِّضَا بِالْكَفَافِ وَالتَّكَاسُلِ فِي الْعِبَادَةِ

"Barangsiapa banyak mengingat kematian, maka dia akan dimuliakan dengan tiga perkara; yaitu segera bertaubat, hati yang qona’ah dan semangat dalam beribadah. Dan barangsiapa yang telah melupakan kematian, maka ia akan dihukum dengan tiga perkara; menunda-nunda taubat, tidak ridho dengan pemberian Allah dan malas dalam beribadah" (At-Tadzkirah hal 9). Imam Ibnul Jauzi رحمه الله berkata :

"Apabila seseorang memikirkan dekatnya akan kematian, serta apakah yang akan terjadi pada dirinya setelah kematian itu, niscaya pastilah dia pun akan membenci segala kenikmatan yang hanya bersifat sementara..." (Shaidul Khaathir 295)

"Tidaklah hati seorang hamba senantiasa mengingat kematian, melainkan dunia ini terasa kecil dan tiada berarti baginya," kata Ustadz Najmi. 

Sumber: albayanalqurany

photo
Infografis Berapa Tahun Diturunkannya Alquran - (Republika)

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement