Ahad 04 Feb 2024 23:30 WIB

Ustadzah Oki Setiana Dewi Kupas 9 Kiat Sukses Ala Alquran

Kiat sukses dunia-akhirat adalah berjalan di muka bumi dengan rendah hati/tawadu.

Ustadzah Oki Setiana Dewi. Oki mengupas 9 kiat sukses ala Alquran. (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ustadzah Oki Setiana Dewi. Oki mengupas 9 kiat sukses ala Alquran. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pendakwah muda Ustadzah DR Hj Oki Setiana Dewi mengupas 9 kiat sukses ala Alquran. Kiat sukses tersebut dia sampaikan di hadapan ribuan Generasi Z Islami (GenZI) dalam acara Majelis Subuh GenZI (MSG) di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS), Ahad (4/2/2024) pagi.

"Allah sudah menentukan kriteria sholeh atau sukses di dunia-akhirat itu dengan sembilan kiat, yakni rendah hati, shalat malam (qiyamul lail), berdoa (doa selamat dunia-akhirat), infak/sedekah, menjaga diri (tidak maksiat/jahat), gemar bertaubat, jujur (tidak beri kesaksian palsu), tidak tuli (mau mendengar), dan selalu mendoakan keluarga," katanya.

Baca Juga

Penceramah "Islam itu Indah" di televisi yang alumnus UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta itu, memaparkan ayat 63 QS al-Furqon yang menyebut kiat sukses dunia-akhirat adalah berjalan di muka bumi dengan rendah hati/tawadu. "Orang rendah hati itu orang yang tidak sombong dan tidak merendahkan orang lain. Bahkan kalau ada orang lain yang jahil dengan hal-hal negatif pun justru dibalas dengan kata-kata yang positif. Jadi, orang tawadu atau rendah hati itu tidak sombong, tidak mudah marah, memandang orang lain dengan cinta," kata Oki.

Menurutnya, sikap rendah hati/tawadu itu sulit pada zaman digital, karena banyak orang yang reaktif di media sosial (medsos) dan tidak dapat menjaga lisan di dunia digital. "Lisan kita itu sebenarnya mencerminkan hati kita. Sahabat Sayyidina Zainal Abidin pernah diumpat seseorang hingga para pengawalnya ingin membalas umpatan itu, namun beliau justru menanggapi dengan mengatakan bahwa keburukan dirinya jauh lebih buruk dari perkataan orang itu. Jadi orang tawadu itu justru merasa lebih banyak kekurangan daripada kebaikannya," kata dia.

Berikutnya, ayat 64 QS al-Furqon menyebut kiat sukses dunia-akhirat adalah tidak pernah meninggalkan sholat malam pada sepertiga malam, karena Allah turun ke bumi pada tengah malam itu, sehingga apapun doa/permintaan akan dikabulkan. Tapi pengabulan itu bisa sama dengan permintaan, kata dia, dikabulkan dengan bentuk lain, atau dikabulkan sebagai pahala.

"Saya punya kisah nyata saat berangkat haji bersama Ibu. Di Tanah Suci, ibu sempat sakit jantung hingga masuk ICU selama 11 hari dan dokter bilang peluang sembuh sangat tipis atau kalau sembuh itu langka. Akhirnya, saya berdoa dalam shalat malam selama 11 hari itu, karena tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Nabi Zakaria yang istrinya mandul pun punya anak. Alhamdulillah, ibu sembuh dan sampai sekarang sehat. Itulah keajaiban sholat malam," katanya.

Selanjutnya ayat 65-66 QS al-Furqon menyebut kiat sukses dunia-akhirat adalah selalu berdoa agar Allah menjauhkan dari azab neraka jahanam. "Sahabat Sayyidina Usman bin Affan menangis tersedu-sedu saat berada di kubur dengan mengatakan kalau kita baik di dalam kubur, maka kita akan baik di akhirat, dan sebaliknya," kata Oki Setiana Dewi.

Kiat lainnya dalam ayat 67 QS al-Furqon menyebut kiat sukses dunia-akhirat adalah gemar infak/sedekah. "Sedekah itu bukan soal mampu tapi soal mau, karena Allah menilainya dari hablumminannas (hubungan dengan sesama), bahkan pahala sedekah itu dilipatgandakan 700 kali. Sedekah itu ibarat menanam sebatang pohon yang tumbuh menjadi tujuh tangkai, lalu setiap tangkai ada 100 buah," katanya.

Selain itu, menjaga diri atau tidak maksiat/jahat (QS al-Furqon ayat 68-70), gemar bertaubat (ayat 71), jujur atau tidak memberi kesaksian palsu (ayat 72), tidak tuli atau mau mendengar (ayat 73), dan selalu mendoakan keluarga (ayat 74), lalu ayat 75-76 menegaskan bahwa sembilan kriteria itu sangat penting. Ayat 68-70 menyebutkan bahwa menjaga diri itu antara lain tidak musyrik, tidak membunuh orang yang benar, tidak mendekati zinah. Kalau gemar taubat dalam ayat 71 itu tidak memandang sebesar apa dosa kita, karena pembunuh 100 orang juga diampuni dengan terus bertaubat. Kalau jujur dalam ayat 72 itu berusaha hidup bermanfaat, lalu ayat 73 itu mau dinasehati, dan ayat 74 menjadi inspirasi keluarga dengan selalu berdoa untuk keluarga.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement