Alquran menyebut istri Nabi Nuh dan Nabi Luth dengan kata imra’ah bukan zawj. Ini sebagaimana contoh ayat berikut:
ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوا امْرَاَتَ نُوْحٍ وَّامْرَاَتَ لُوْطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتٰهُمَا
“Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya." (QS Al-Tahrîm ayat 10)
Baca juga: Mengapa Kita Dianjurkan Perbanyak Shalawat? Ini Penjelasan Imam Al Ghazali
Istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth adalah dua oran yang kafir, sekalipun keduanya adalah istri para Nabi. Kekafiran keduanya lantaran tidak adanya keharmonisan dan kesepahaman dengan suami mereka.
Oleh karena itu, Alquran menyebut keduanya dengan kata imra’ah, bukan zawj. Demikian halnya dengan istri Firaun yang diceritakan Alquran.
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا امْرَاَتَ فِرْعَوْنَ
“Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Firaun…” (QS Al-Tahrîm ayat 11)
Lagi-lagi ayat di atas menyimpan sebuah pesan bagi kita, bahwa antara Firaun dan istrinya tidak ada keserasian. Firaun seorang yang kafir, sedangkan istrinya seorang yang beriman. Oleh karena itu, Alquran menggunakan kata imra’ah, bukan zawj.