REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Keutamaan membaca istighfar sangat besar. Para Nabi Allah kerap mengajarkan betapa pentingnya memohon ampunan sambil mengucap istighfar.
Ketika seseorang hendak hidup dalam sebuah negara yang baldatun tayyibatun wa Rabbun ghafur, maka ia dapat memulainya dengan memperbanyak membaca istighfar.
Salah satu dalil anjuran membaca istighfar tertuang dalam Alquran surat Nuh ayat 10-11:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ
يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ
"Faqultustagfirū rabbakum innahū kāna gaffārā(n). Yursilis-samā'a ‘alaikum midrārā(n)."
Yang artinya, "Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Jika kamu memohon ampun,) niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu."
Dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan, ayat ini berkisah tentang teladan Nabi Nuh. Nabi Nuh menyeru kaumnya agar memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa mereka menyembah berhala. Bila mereka memohon ampunan, maka Allah pasti akan mengabulkannya, karena Ia Maha Pengampun. Keimanan kaum Nabi Nuh akan menghapus dosa-dosa syirik yang telah mereka lakukan.
Nabi Nuh menyampaikan kepada kaumnya janji Allah bila mereka beriman kepada-Nya. Berikut sejumlah poin yang disampaikan Nabi Nuh ketika umatnya telah bertaubat dan beristighfar:
1. Allah akan menurunkan hujan lebat yang akan menyuburkan tanah mereka dan memberikan hasil yang berlimpah sehingga mereka akan makmur.
2. Allah akan menganugerahkan kepada mereka kekayaan yang berlimpah.
3. Allah akan menganugerahkan anak-anak yang banyak untuk melanjutkan keturunan mereka, sehingga tidak punah.
4. Allah akan menyuburkan kebun-kebun mereka, sehingga memberi hasil yang berlimpah.
5. Allah akan memberi mereka sungai-sungai dan irigasi untuk mengairi kebun-kebun mereka, sehingga subur dan hijau.
Janji Allah kepada umat Nabi Nuh sangat cocok dengan masyarakat waktu itu. Umat Nabi Nuh adalah nenek moyang umat manusia sekarang. Kebudayaan mereka masih dalam taraf permulaan kebudayaan manusia. Akan tetapi, janji Allah itu tidak menarik hati mereka sedikit pun. Hal ini menunjukkan keingkaran mereka yang sangat hebat.
Janji Allah itu mengandung isyarat bahwa Ia menyuruh mereka mempergunakan akal pikiran. Mereka seakan-akan disuruh memikirkan kegunaan hujan bagi mereka. Hujan akan menyuburkan bumi tempat mereka berdiam, menghasilkan tanam-tanaman dan buah-buahan yang mereka perlukan. Sebagian hasil pertanian itu bisa mereka makan dan sebagian lainnya dijual, sehingga menambah kekayaan mereka. Hujan akan mengalirkan air menjadi sungai-sungai yang bermanfaat bagi mereka.
Jika mereka mau menggunakan pikiran seperti itu, mereka tentu akan sampai kepada kesimpulan tentang siapa yang menurunkan hujan dan menyuburkan bumi sehingga menghasilkan keperluan-keperluan hidup mereka.
Akhirnya, mereka tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan sebagaimana seruan yang disampaikan Nuh kepada mereka, yaitu beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan yang menciptakan semua keperluan mereka.