REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nabi Muhammad SAW telah memberi banyak tuntunan tentang cara mendidik yang baik. Tuntunan mendidik yang dipraktikkan beliau justru bukan dengan banyak bicara berbusa-busa.
Praktik mendidik ini dilakukan Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat. Tentu, apa yang dicontohkan Nabi SAW ini juga bisa diterapkan dalam mendidik anak-anak, anak sendiri atau anak orang lain. Juga bisa untuk para guru.
Sejatinya, ada dua kunci mendidik ala Nabi Muhammad SAW. Pertama dengan memegang prinsip bashariyah (memperlihatkan/mencontohkan), kedua ialah sam'iyyah (memperdengarkan).
1. Mempermudah
Ada banyak catatan hadits yang menunjukkan bahwa Nabi SAW juga berperan sebagai seorang pendidik yang membimbing ke jalan kebenaran dan kebaikan. Diriwayatkan dari Aisyah RA, Nabi SAW bersabda:
إن الله لم يبعثني معنتاً، ولا متعنتاً، ولكن بعثني معلماً، ميسراً
"Sesungguhnya Allah tidak mengutusku menjadi orang yang mempersulit (masalah) dan orang yang mencari-cari kesulitan, tetapi justru sebagai pendidik yang memberi kemudahan." (HR Muslim)
Dengan demikian, dalam proses mendidik, haruslah dilakukan dengan memberi kemudahan, bukan justru mempersulit.
2. Mengayomi
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin 'Ash, dia berkata:
خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم من بعض حجره، فدخل المسجد، فإذا هو بحلقتين إحداهما يقرأون القرآن ويدعون الله والأخرى يتعلمون ويعلمون. فقال النبي صلى الله عليه وسلم: " كل على خير، هؤلاء يقرأون القرآن ويدعون الله، فإن شاء أعطاهم، وإن شاء منعهم، وهؤلاء يتعلمون ويعلمون، وإنما بعثت معلماً " فجلس معهم.
“Suatu hari Rasulullah SAW keluar kamar menuju masjid. Di masjid ada dua kelompok sahabat. Kelompok pertama sedang membaca Alquran dan berdoa kepada Allah SWT. Sedangkan kelompok kedua sedang sibuk mempelajari dan mengajarkan ilmu pengetahuan.
Lalu Nabi SAW bersabda, "Masing-masing kelompok sama-sama dalam kebaikan. Terhadap kelompok yang sedang membaca Alquran dan berdoa kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan doa mereka jika Dia kehendaki, dan doa mereka tidak akan diterima jika Dia tidak berkenan mengabulkan.
Adapun terhadap golongan yang sedang belajar-mengajar, maka sungguh aku pun diutus untuk menjadi seorang pendidik." Kemudian Rasul bergabung bersama mereka." (HR Ibnu Majah)
Dengan demikian, mendidik berarti mengayomi. Nabi SAW tidak membeda-bedakan dan mengayomi dengan bijaksana.
3. Menegur dengan halus
Untuk mempraktikkan poin ketiga memang terkadang susah, sebab emosi sering kali muncul saat berada di dalam situasi yang menyulut emosi. Namun tidaklah demikian yang dilakukan Nabi SAW, dan inilah yang dipraktikkan beliau SAW. Berikut haditsnya:
Diriwayatkan dari Mu’awiyah bin Al-Hakam As-Sulami, dia berkata:
بينا أنا أصلي مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إذ عطس رجل من القوم، فقلت: يرحمك الله، فرماني القوم بأبصارهم فقلت: واثكل أمياه! ما شأنكم تنظرون إلي؟! فجعلوا يضربون بأيديهم على أفخاذهم، فلما رأيتهم يُصمتونني سكت، فلما صلى رسول صلى الله عليه وسلم فبأبي هو وأمي ما رأيت معلماً قبله ولا بعده أحسن تعليماً منه، فوالله ما كهرني، ولا ضربني، ولا شتمني، قال: " إن هذه الصلاة لا يصلح فيها شيء من كلام الناس، إنما هو التسبيح والتكبير، وقراءة القرآن " [مسلم].
"Ketika aku sedang sholat bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba ada seseorang yang bersin. Aku berkata, 'Yarhamukallah'. Orang-orang mengarahkan pandangan kepadaku. Aku berkata, 'Duh, ibuku kehilangan anak. Kenapa kalian memandang ke arahku?'
Baca juga: Karen Amstrong Kisahkan Aksi Salahuddin Al-Ayyubi Kala Rebut Yerusalem dari Tentara Salib
Orang-orang pun menepuk paha-paha mereka dengan tangan. Ketika aku melihat mereka ingin membuat aku diam, aku pun hanya diam. Ketika Rasulullah SAW selesai sholat, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, aku tidak melihat seorang pendidik sebelum dan sepeninggal beliau yang lebih baik cara mengajarnya daripada beliau.
Demi Allah, beliau tidak menghardikku, tidak memukulku, tidak pula mencelaku. Beliau bersabda, 'Sungguh sholat ini tidak boleh sedikit pun ada pembicaraan manusia. Yang boleh hanya tasbih, takbir, dan membaca Alquran.'" (HR Muslim)
Dari hadits tersebut, dapat diketahui bahwa kalau pun ingin memberi teguran, maka sampaikan dengan baik. Sebagaimana pada hadits itu, ketika seorang sahabat keceplosan mengucapkan doa Yarhamukallah saat sedang sholat bersama Nabi SAW, beliau SAW menegur dengan halus.
Sumber: alukah