REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW menerima ayat Alquran yang membuat beliau menangis. Setelah menerima ayat tersebut, Rasulullah SAW mengatakan bahwa betapa rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ayat ini tapi tidak memikirkan dan merenungkan kandungan artinya. Yang dimaksud Rasulullah SAW adalah Surat Ali ‘Imran Ayat 190.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (QS Ali ‘Imran Ayat 190)
Mengenai ayat tersebut, Aisyah Radhiyallahu 'anha menyampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW berkata, "Wahai Aisyah, saya pada malam ini beribadah kepada Allah.” Aisyah menjawab, "Sesungguhnya saya senang jika Rasulullah berada di sampingku. Saya senang melayani kemauan dan kehendaknya. Tetapi baiklah. Saya tidak keberatan."
Maka bangunlah Rasulullah SAW dari tempat tidurnya lalu mengambil air wudhu, tidak jauh dari tempatnya lalu sholat.
Pada waktu sholat beliau menangis sampai air matanya membasahi kainnya, karena merenungkan ayat Alquran yang dibacanya. Setelah sholat Nabi Muhammad SAW duduk memuji Allah dan kembali menangis tersedu-sedu.
Kemudian Rasulullah SAW mengangkat kedua belah tangannya berdoa dan menangis lagi dan air matanya membasahi tanah.
Setelah Bilal datang untuk azan subuh dan melihat Nabi Muhammad SAW menangis. Bilal bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang?”
Nabi Muhammad SAW menjawab, “Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan laiak bersyukur kepada Allah. Bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini Allah telah menurunkan ayat kepadaku."
Selanjutnya Nabi Muhammad SAW berkata, “Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikirkan dan merenungkan kandungan artinya.”
Memikirkan pergantian siang dan malam, mengikuti terbit dan terbenamnya matahari, siang lebih lama dari malam dan sabaliknya. Semuanya itu menunjukkan atas kebesaran dan kekuasaan penciptanya bagi orang-orang yang berakal.
Memikirkan terciptanya langit dan bumi, pergantian siang dan malam secara teratur dengan menghasilkan waktu-waktu tertentu bagi kehidupan manusia, merupakan satu tantangan tersendiri bagi kaum intelektual beriman. Mereka diharapkan dapat menjelaskan secara akademik fenomena alam itu, sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa Tuhan tidaklah menciptakan semua fenomena itu dengan sia-sia. (Penjelasan di atas dilansir dari Tafsir Kementerian Agama).