REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dahulu Palestina berada dalam bagian negara Syam. Dan wilayah ini disebutkan dalam Alquran di surat Saba ayat 18:
وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَّقَدَّرْنَا فِيْهَا السَّيْر سِيْرُوْا فِيْهَا لَيَالِيَ وَاَيَّامًا اٰمِنِيْنَ
“Kami jadikan antara mereka dan negeri-negeri yang Kami berkahi (Syam) beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di negeri-negeri itu pada malam dan siang hari dengan aman.”
Dalam tafsir ringkas Kemenag disebutkan , nikmat Allah SWT kepada kaum Saba tidak hanya berupa sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga letak geografis yang strategis sehingga transportasi antarwilayah, bahkan antarnegara, berjalan lancar.
Allah SWT menegaskan, “Dan Kami jadikan antara mereka di Yaman dan negeri-negeri yang Kami berkahi, yakni negeri Syam, beberapa negeri yang berdekatan, dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu jarak-jarak perjalanan yang mudah dijangkau kapan saja.
Berjalanlah kamu, yakni siapa pun yang berada di negeri-negeri itu pada malam dan siang hari dengan aman, tanpa perlu berhenti di padang pasir atau pun menghadapi kesulitan. Dari ayat ini diperoleh pesan tentang pentingnya pembangunan infrastruktur dan jaminan rasa aman guna mendukung tercapainya kesejahteraan rakyat.
Dalam tafsir Tahlili lebih jelas disebutkan, Kaum Saba yang masih tinggal di negerinya, walaupun mengalami kesulitan hidup karena negeri mereka telah menjadi lekang dan tandus, mengadakan perjalanan untuk berdagang dari suatu negeri ke negeri yang lain, terutama ke negeri-negeri yang agak besar, seperti Makkah dan Syam di utara dan barat laut.
Negeri-negeri tersebut pada waktu itu termasuk negeri yang makmur yang menjadi pusat perdagangan. Perjalanan di antara negeri-negeri itu mudah dan aman karena adanya kampung-kampung tempat singgah para musafir bila kemalaman dan kehabisan bekal atau merasa letih.
Baca juga: Pesan Nabi Muhammad SAW untuk Saudara-Saudara Kita di Palestina
Mereka dapat bertahan hidup dan dapat pula bercocok tanam sekadarnya pada waktu musim hujan. Mereka juga memelihara binatang ternak ketika di sana masih banyak padang rumput.
Ini adalah suatu nikmat dari Allah SWT kepada mereka walaupun tidak sebesar nikmat yang dianugerahkan-Nya ketika Bendungan Ma’rib belum hancur dan musnah. Allah SWT menyuruh mereka mempergunakan nikmat itu dengan sebaik-baiknya.