Kamis 19 Oct 2023 19:48 WIB

Abu Bakar Ingatkan Pemimpin tidak Boleh Utamakan Keluarga

Seorang pemimpin harus bersikap adil.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Abu Bakar Ingatkan Pemimpin tidak Boleh Utamakan Keluarga. Foto:  Sahabat Nabi (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Abu Bakar Ingatkan Pemimpin tidak Boleh Utamakan Keluarga. Foto: Sahabat Nabi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Imam Ahmad ibn Hanbal meriwayatkan kisah Abu Bakar Ash Shiddiq yang menyampaikan sabda Nabi Muhammad SAW kepada Yazid bin Abu Sufyan. 

Saat itu Abu Bakar mengutus Yazid bin Abu Sufyan ke Syam. Kemudian Abu Bakar mendoakan agar Yazid bin Abu Sufyan tidak mengedepankan kerabat atau keluarganya saat menjadi pemimpin. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

Baca Juga

مسند أحمد ٢١: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ قَالَ حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ قَالَ حَدَّثَنِي شَيْخٌ مِنْ قُرَيْشٍ عَنْ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ عَنْ جُنَادَةَ بْنِ أَبِي أُمَيَّةَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ قَالَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حِينَ بَعَثَنِي إِلَى الشَّامِ يَا يَزِيدُ إِنَّ لَكَ قَرَابَةً عَسَيْتَ أَنْ تُؤْثِرَهُمْ بِالْإِمَارَةِ وَذَلِكَ أَكْبَرُ مَا أَخَافُ عَلَيْكَ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ شَيْئًا فَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ أَحَدًا مُحَابَاةً فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ لَا يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا حَتَّى يُدْخِلَهُ جَهَنَّمَ وَمَنْ أَعْطَى أَحَدًا حِمَى اللَّهِ فَقَدْ انْتَهَكَ فِي حِمَى اللَّهِ شَيْئًا بِغَيْرِ حَقِّهِ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ أَوْ قَالَ تَبَرَّأَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Yazid bin Abu Sufyan berkata bahwa Abu Bakar berkata ketika mengutus aku ke syam, "Wahai Yazid sesungguhnya kamu memiliki kerabat, semoga kamu tidak mengedepankan mereka dalam kepemimpinan, dan hal itulah yang paling aku takutkan darimu. Karena Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa memimpin suatu urusan kaum Muslimin, kemudian mengangkat seseorang untuk mereka atas dasar kecintaan, maka baginya laknat dari Allah, dan Allah tidak akan menerima amal perbuatan wajibnya dan juga amal perbuatan nafilah darinya, sampai Dia memasukkannya ke dalam neraka jahannam, dan barangsiapa memberikan kepada seseorang batasan Allah, kemudian melanggar sesuatu di dalam batasan Allah tanpa haknya, maka baginya laknat dari Allah (terlepaslah darinya jaminan Allah)." (Musnad Ahmad)

Dalam hadits tersebut terkandung pelajaran bagi seorang pemimpin agar bersikap adil. Jangan karena kecintaan kepada kerabat dan keluarga, kemudian seorang pemimpin mendahulukan kepentingan kerabat dan keluarga sambil mengabaikan kepentingan orang banyak. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement