REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hujan yang turun ke bumi adalah rahmat Allah ta'ala. Dan di dalam proses terjadinya hujan terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah ta'ala yang hanya dapat ditangkap oleh orang-orang yang mau berpikir akan ke-Agungan Allah SWT. Allah SWT berfirman:
وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ
Artinya: Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. (Alquran surat Al Hijr ayat 22).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukil sebuah riwayat yang menjelaskan bahwa Allah SWT menurunkan hujan seimbang di setiap daerah.
قال يزيد بن أبي زياد عن أبي جحيفة عن عبد الله: ما من عام بأمطر من عام ، ولكن الله يقسمه حيث شاء عاما هاهنا ، وعاما هاهنا. ثم قرأ: وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ . رواه ابن جرير.
Artinya: Yazid bin Ziyad berkata diriwayatkan dari Abu Juhaifah dari Abdullah: Tidaklah ada dari tahun yang lebih banyak hujannya dari tahun yang lainnya, akan tetapi Allah membaginya sesuai yang dikehendakiNya di sini setahun dan di sana setahun. Kemudian dia membaca : wa in min syaiin Illa indana khozaainuhu wa maa nunaziluhu Illa biqodari ma'luum (Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu/Al Hijr ayat 21). Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir (Lihat Tafsir Ibnu Katsir terbitan Maktabah Islamiyyah jilid 4 halaman 429)
Lebih lanjut Ibnu Katsir ketika sampai pada penjelasan kalimat wa arsalnar riyaaha lawaaqih (dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkannya) menjelaskan bahwa maksudnya adalah mengawinkan mendung sehingga menurunkan hujan.
Lalu pada kalimat fa anzalna minas samai maaan faasqoinaakumuhu (dan kami turunkan hujan dari langit lalu kami beri minum kamu dengan air itu) maksudnya adalah Allah menurunkan hujan kepada makhluknya dengan air yang segar yang dapat diminum. Jika Allah menghendaki maka Allah dapat menjadikan air itu asin. Lalu disambung dengan kalimat wa maa antum lahu bikhoziin (dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya). Ibnu Katsir menukil keterangan Tsufiyan ats Tsauri bahwa jika Allah menghendaki pasti dijadikan air itu mengering dan bilang. Tapi karena kasih sayang Allah, maka Allah menurunkan hujan yang airnya segar dan menyimpannya di dalam mara air, sumur, sungai dan lainnya.
Dalam tafsir tahlili Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama RI dijelaskan bahwa Allah dengan hujan yang turun itu menghidupkan tanah-tanah yang mati. Sebagaimana dalam Alquran surat Al Furqan ayat 48:
وَهُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖۚ وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً طَهُوْرًا
Artinya: Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih. (Surat Al Furqon ayat 48).
Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama RI menjelaskan bahwa Allah menghembuskan angin yang menerbangkan tepung sari dari beragam bunga. Maka hinggaplah tepung sari jantan pada putik bunga, sehingga terjadilah perkawinan yang memunculkan bakal buah, dan buah-buahan menjadi masak terasa yang lezat dan nikmat bagi manusia serta bijinya dapat tumbuh dan berbuah pula di tempat lain.