REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Pada abad ketiga Hijriyah banyak sekali para ulama yang menghimpun dan menyusun hadits Nabi Muhammad Saw. Di antaranya, yang terkenal adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam Nasa’i, dan Imam Ibnu Majah.
Dari keenam ulama ahli hadits tersebut, Imam Bukhari menempati urutan pertama. Ia bergelar Amirul Mu’minin fil Hadits atau pemimpinnya orang mukmin dalam ilmu hadits. Gelar itu didaulatkan para ulama kepada ahli hadits dari kota Bukhara tersebut.
Ya, Imam Bukhari lahir di sebuah Negeri Bukhara (sekarang Uzbekistan). Ayahnya adalah seorang ulama ahli hadits yang terkenal dengan kesalehannya, yaitu Ismail bin Ibrahim. Selama hidupnya, ia mendapatkan penghasilan yang halal dan tidak pernah mendapatkan penghasilan yang haram sepersen pun.
Tepat pada hari Jumat, 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M), lahirlah putranya yang diberi nama Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah. Itulah nama lengkap Bukhari kecil yang pada saat besar nanti akan menjadi pemimpin ulama hadits terkenal, yang kini dikenal sebagai Imam Bukhari.
Tak lama setelah lahir, Bukhari kecil mengalami kebutaan. Ayah dan ibunya pun sedih melihat kedua mata Bukhari tidak dapat melihat. Ayahnya pun meninggal dunia saat Imam Bukhari masih kecil. Setelah itu, Bukhari kecil dibesarkan oleh ibunya sendirian.
Meski matanya buta, Bukhari kecil masih tetap semangat belajar. Berkat kuasa Allah, matanya pun akhirnya bisa melihat. Ia pun semakin giat menghafalkan hadits Nabi. Awalnya, ia belajar kepada seorang guru hadits di Bukhara, Syekh Ad-Dakhil. Pada saat itu umurnya baru 10 tahun.
Setelah menapaki usia 16 tahun, ia pun pergi ke Makkah dan Madinah. Di Tanah Suci Makkah, Imam Bukhari dan keluarganya menunaikan ibadah haji. Sedangkan di Madinah, ia belajar hadits secara langsung kepada para ulama hadits.
Selain belajar di negri Hijaz, Imam Bukhari juga belajar ke berbagai negeri, seperti Syuriah, Baghdad, Kufa, Baghdad, Mesir, hingga ke Asia Barat.
Setidaknya 16 tahun lamanya ia mencari ilmu ke berbagai negeri dan belajar kepada 1.080 para ulama hadits. Setelah belajar, Imam Bukhari pun berhasil menghafalkan 100 ribu hadits shahih dan 200 ribu hadits tidak shahih.