REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah melakukan rukuk di dalam sholat, maka gerakan sholat selanjutnya adalah itidal. Sebagaimana rujuk, itidal juga termasuk rukun fi'li (rukun berupa perbuatan) dalam sholat. Maka seseorang yang melaksanakan sholat harus melaksanakan rukuk dan tidak boleh meninggalkannya.
Imam Al Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan tentang bagaimana posisi i'tidal. Yakni dari posisi rukuk kemudian mengangkat tubuh hingga berdiri tegak dan mengangkat kedua tangan hingga jari-jari ke daun telinga (seperti ketika takbiratul ihram) sambil membaca Sami'allahu liman hamidah. Setelah itu dalam keadaan posisi berdiri tegak, maka orang yang sholat itu membaca doa itidal yaitu Rabbana lakal hamdu milius samawati wa mil ul Ardhi wa milu maa syita min syaiin ba'du.
Imam Al Ghazali menambahkan bahwa ketika seseorang melaksanakan sholat Subuh, maka dalam posisi itidal itu dilanjutkan membaca doa qunut pada rakaat kedua sholat Subuh.
ثم ارفع حتى تعتدل قائما ، وارفع يديك قائلا : (سمع الله لمن حمده ) فإذا استويت ، فقل: (ربنا لك الحمد ملء السماوات وملء الأرض وملء ما شئت من شيء بعد) . وإن كنت منفردا في الصبح ، فاقرأ القنوت في الركعة الثانية في اعتدالك عن الركوع.
Kemudian angkat hingga tegak berdiri. Dan angkat kedua tanganmu seraya mengucapkan sami'allahu liman hamidah (Allah mendengar pujian dari orang yang memujiNya). Ketika telah tegak (itidal) maka ucapkanlah Rabbana lakal hamdu milius samawati wa mil ul Ardhi wa milu maa syita min syaiin ba'du (Ya Tuhanku hanya bagiMu segala pujian, yang memenuhi langit dan memenuhi bumi dan memenuhi apa-apa yang Engkau kehendaki) dan bila engkau sedang berada dalam sholat fardhu Subuh, maka bacalah qunut di rakaat kedua dalam keadaan itidal dari rukuk. (Lihat kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Al Ghazali, penerbit Darul Minhaj Lebanon Beirut, halaman 142-143).
Lalu bagaimana bacaan qunutnya? Di kitab Bidayatul Hidayah pada catatan kakinya disertakan doa qunut yang diriwayatkan Hasan bin Ali Radhiyallahu Anhu ma.
المروي بالإسناد الصحيح عن سيد شباب أهل الجنة الحسن بن علي رضي الله عنهما وهو (اللهم اهدني فيمن هديت ، وعافني فيمن عافيت ، وتولني فيمن توليت ، وبارك لي فيما أعطيت ، وقني شر ما قضيت ، فإنك تقضي ولا يقضى عليك ، وإنه لا يذل من واليت ، ولا يعز من عاديت ، تباركت ربنا وتعاليت).
Diriwayatkan dengan riwayat yang sahih dari tuan para pemuda ahli surga yakni Sayidina Hasan bin Ali Radhiyallahu Anhu ma, yaitu :
اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِيْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّمَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِيَ وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ .
Allaahummah dinii fii man hadaits, wa 'aafiinii fii man 'aafaits, wa tawallanii fii man tawallaits, wa baarik lii fii maa a'thaits, wa qi nii syarra maa qadlaits, fa innaka taqdli wa laa yuqdlaa 'alaik, wa innahuu laa yadzillu mau waalaits, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalits.
Artinya: "Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk, berilah kesejahteraan kepadaku di antara orang-orang yang Engkau beri kesejahteraan, tolonglah aku di antara orang-orang yang kau beri pertolongan, berikanlah keberkahan kepadaku pada apa-apa yang Engkau berikan kepadaku, dan peliharalah aku dari keburukan yang Engkau putuskan, karena sesungguhnya Engkau memutuskan dan tidak diputuskan atas-Mu, dan tiada kehinaan kepada orang yang telah Engkau tolong, Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami, lagi Maha Tinggi.
Catatan bahwa apabila seseorang yang sholat adalah menjadi imam maka bacaan qunutnya agar menggunakan bentuk jamak.
قال الترمذي: هذا حديث حسن ، ولا نعرف عن النبي ﷺ في القنوت شيئا أحسن من هذا. قال النووي : واعلم أنه يستحب إذا كان المصلي إماما أن يقول: (اللهم اهدنا) بلفظ الجمع وكذلك الباقي.
Imam Tirmidzi mengatakan hadits ini adalah hadits Hasan. 'Kami tak mengetahui bacaan yang lebih baik tentang qunut dari nabi selain ini. Imam Nawawi berkata: 'ketahuilah bila yang sholat adalah seorang imam dianjurkan bacaannya menjadi (Allahummah dina) dengan bentuk jamak dan begitu juga selebihnya.
Selain itu menjadi catatan penting juga bahwa ketika melakukan itidal hendaknya dilakukan dengan tuma'ninah agar sholat menjadi khusyuk dan terhindar dari rusaknya sholat.