Memiliki harta banyak sebenarnya akan mendatangkan ujian dan bencana lebih besar. Bila manusia dapat menggunakan hartanya dengan maslahat yakni untuk menggapai keridhaan Allah niscaya harta tersebut akan menyelamatkannya. Sedang bila harta yang dimiliki justru digunakan untuk maksiat pada Allah maka harta itu akan menjadi bencana baik di dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman dalam surat Al Alaq:
كَلَّآ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَيَطْغٰىٓ ۙ ٦ اَنْ رَّاٰهُ اسْتَغْنٰىۗ ٧
Artinya: Sekali-kali tidak. Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup. (Al Alaq 6-7)
Dalam sebuah hadits disebutkan
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَـةً وَإِنَّ فِتْنَـةَ أُمَّتِيْ اَلْمَالُ. (رواه أحمد والترمذي والطبراني والحاكم عن كعب بن عياض)
Artinya: Sesungguhnya bagi tiap-tiap umat ada cobaan dan sesungguhnya cobaan umatku (yang berat) ialah harta, (HR Aḥmad, AT Tirmizi, At Tabrani, Hakim dari Ka'ab bin Iyad)
Kalau manusia dapat menahan diri, tidak akan berlebihan cintanya kepada harta dan anaknya, jika cintanya kepada Allah lebih besar daripada cintanya kepada yang lain, maka ia akan mendapat pahala dan kebahagiaan abadi di akhirat.