Kamis 10 Aug 2023 14:33 WIB

Resep Hidup Bahagia Menurut Islam

Setiap manusia pasti ingin menjalani hidupnya dengan penuh kebahagian.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Resep Hidup Bahagia Menurut Islam. Foto: Kebahagiaan oleh uang. Ilustrasi
Foto: Independent
Resep Hidup Bahagia Menurut Islam. Foto: Kebahagiaan oleh uang. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setiap manusia pasti ingin menjalani hidupnya dengan penuh kebahagian dan tidak kekurangan satu nikmat apapun, baik nikmat kesehatan, harta, serta perhatian dari orang-orang yang dikasihi. Sayangnya hidup kita lebih sering seperti roller coaster, ada saatnya kita berada di atas dan ada saatnya kita berada dibawah, bahkan tidak jarang membuat kita ingin berteriak sekencang-kencangnya.

Orangtua kita sering kali mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan bersabar, bersyukur saat mendapatkan kebahagiaan dan bersabar saat ditimpa musibah.

Baca Juga

Berikut ini dikutip dari buku “66 Hadits Pilihan” karya Shohibul Ulum, Islam mengajarkan bagaimana agar hidup kita selalu diliputi dengan kebahagiaan. Suatu ketika Nabi saw pernah menyampaikan nasihat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata:

"Kekasihku yakni Nabi memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya): [1] beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, [2] beliau memerintahkanku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memerhatikan orang yang berada di atasku ...” (HR. Ahmad).

Syekh Syu'aib al-Arnauth mengatakan bahwa hadis ini shahih “Jika seseorang melihat orang di atasnya (dalam masalah harta dan dunia)," demikian terang al-Munawi, “Dia akan menganggap kecil nikmat Allah yang ada pada dirinya dan dia selalu ingin mendapatkan yang lebih. Cara mengobati penyakit semacam ini, hendaklah seseorang melihat orang yang berada di bawahnya (dalam masalah harta dan dunia). Dengan melakukan hal ini, seseorang akan ridha dan bersyukur, juga rasa tamaknya (terhadap harta dan dunia) akan berkurang. Jika seseorang sering memandang orang yang berada di atasnya, dia akan mengingkari dan tidak puas terhadap nikmat Allah yang diberikan padanya. Namun, jika dia mengalihkan pandangannya kepada orang di bawahnya, hal ini akan membuatnya ridha dan bersyukur atas nikmat Allah padanya."

Sementara itu, Imam al-Ghazali rahimahullah menambahkan,

"Setan selamanya akan memalingkan pandangan manusia pada orang yang berada di atasnya dalam masalah dunia. Setan akan membisik-bisikkan padanya, 'Kenapa engkau menjadi kurang semangat dalam mencari dan memiliki harta supaya engkau dapat bergaya hidup mewah?' Namun dalam masalah agama dan akhirat, setan akan memalingkan wajahnya kepada orang yang berada di bawahnya (yang jauh dari agama). Setan akan membisik-bisikkan, 'Kenapa dirimu merasa rendah dan hina di hadapan Allah? Si fulan itu masih lebih berilmu darimu'. "

Itulah yang akan membuat seseorang tidak memandang remeh nikmat Allah. Sebab, dia selalu memandang orang di bawahnya dalam masalah harta dan dunia. Ketika dia melihat juragan minyak yang memiliki rumah mewah dalam hatinya mungkin terbetik, “Rumahku masih kalah dari rumah juragan minyak itu." Namun ketika dia memandang orang lain di bawahnya, dia berkata, “Ternyata rumah tetangga dibanding dengan rumahku, masih lebih bagus rumahku."

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,

"Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini merupakan salah satu hadis penting dalam agama yang mulia ini. Hadis ini adalah obat dari berbagai penyakit, seperti hasad (iri, dengki) dan sejenisnya.

Demikianlah resep hidup bahagia. Dengan dia memandang orang di bawahnya, dia tidak akan menganggap kecil nikmat yang Allah berikan. Bahkan, dia akan mensyukuri nikmat tersebut, karena dia melihat masih banyak orang yang tertinggal jauh darinya. Dengan memiliki sifat yang mulia ini, selalu memandang orang di bawahnya dalam masalah dunia, seseorang akan merealisasikan syukur dengan sebenarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement